Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Kejujuran, Kunci Melawan Covid-19

Fajar Junaedi
Senin, 04 Mei 2020 - 04:02 WIB
Galih Eko Kurniawan
HIKMAH RAMADAN: Kejujuran, Kunci Melawan Covid-19 Foto ilustrasi. - JIBI/Nicolous Irawan

Advertisement

Ramadan 2020 ini menjadi berbeda suasananya dengan tahun-tahun sebelumnya. Shalat tarawih yang biasanya diadakan dengan berjamaah di masjid dan mushola ditiadakan. Pengajian dan pengkajian yang umumnya banyak diselenggarakan di Ramadan juga ditiadakan. Adalah bencana pandemi Covid-19 yang menjadi pangkal sebabnya.

Merebaknya virus Covid-19 yang mematikan, dengan penyebaran yang menakutkan, menjadikan Ramadan tahun ini menjadi sepi. Keceriaan anak-anak dan remaja yang berparade membangunkan masyarakat saat jelang sahur tiada. Demikian pula kegembiraan mereka merayakan buka puasa bersama di masjid juga lenyap.

Advertisement

Instruksi dari pemerintah dan fatwa lembaga keagamaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, seperti untuk meniadakan kegiatan yang melibatkan banyak orang, demi mencegah penyebaran Covid-19 ditaati oleh masyarakat. Meskipun, sayangnya masih saja ada yang ngeyel dengan menyelenggarakan kegiatan yang mengundang kerumunan banyak orang. Ketidakpatuhan dan ketidakjujuran dalam menaati instruksi dan fatwa bisa menjadi sumber malapetaka baru penyebaran Covid-19.

Sebuah pelajaran berharga terjadi di pertengahan bulan Maret, ketika empat puluh enam dokter dan perawat Rumah Sakit dr Kariadi Semarang dinyatakan mengalami positif Covid-19 sesudah menjalani tes swab. Tertularnya tenaga medis, yang menjadi garda terdepan melawan penyebaran Covid-19 ini benar-benar memilukan.

Tenaga medis memiliki resiko tinggi saat menghadapi pasien saat dilakukan tes massal tidak jujur memberitahukan kondisi kesehatannya, bahwa yang bersangkutan ternyata positif Covid-19. Pasien itu sangat berisiko menularkan virusnya kepada tenaga medis, karena tidak jujur. Ketidakjujuran pasien saat diperiksa menyebabkan penularan ini. Ketidakpatuhan pasien untuk berkata jujur berakibat fatal terhadap paramedis, hingga membuat mereka tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya.

Stella Ting-Toomey, seorang pakar Ilmu Komunikasi terkemuka, dalam satu teori yang dinamakan sebagai Face-Negotiation Theory-mengidentifikasikan respon yang berbeda pada berbagai situasi berdasarkan perbedaan kebutuhan, kepentingan, atau tujuan. Stella Ting-Toomey menyebutkan lima respon yang berbeda yang bisa terjadi. Pertama avoiding, yaitu ada usaha menghindari diskusi dengan kelompok tentang perbedaan yang kita miliki. Kedua, obliging, yaitu menyampaikan harapan atau keinginan kepada kelompok, tetapi menyerahkan keputusan sepenuhnya pada kelompok.

Kepentingan Pribadi
Ketiga, compromising, yaitu mengadakan give-and-take atau saling bertukar pikiran agar kompromi bisa diciptakan. Keempat, dominating, yaitu teguh dalam mempertahankan pendapat pribadi demi kepentingan pribadi. Kelima, integrating, yaitu saling bertukar informasi yang akurat dengan anggota kelompok untuk memecahkan masalah bersama.

Sikap dan perilaku pasien yang berbohong bisa dimasukan sebagai avoiding dan dominating, yang menunjukan adanya pengarusutamaan kepentingan pribadi, serempak mengabaikan kepentingan orang lain. Sikap dan perilaku ini merupakan hal yang tidak terpuji. Seharusnya pasien mengambil sikap dan perilaku integrating dengan menyampaikan informasi yang akurat.

Ketidakjujuran dari pasien yang berobat di Rumah Sakit dr. Kariadi menjadi pelajaran berharga bagi kita semua bahwa ketidakjujuran menyebabkan orang lain terancam keselamatannya. Bukan hanya tenaga medis yang tertular, namun juga masyarakat yang seharusnya bisa mendapatkan akses layanan kesehatan dengan optimal juga menjadi korban. Pelayanan kesehatan tentu saja menjadi berkurang akibat tenaga medis yang jatuh sakit.

Sejurus dengan fenomena ini, ketidakpatuhan sebagian kelompok masyarakat yang masih menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan banyak orang merupakan avoiding dan dominating yang akan membahayakan keselamatan kita bersama.

Momentum bulan Ramadan ini seharusnya kita gunakan untuk patuh dan jujur agar pandemi Covid-19 ini segera berlalu, sebagaimana Al Qur’an telah menyebutkan “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang jujur”. (Q.S At-Taubah: 119)

*Penulis merupakan Dosen Ilmu Komunikasi UMY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Bantuan Keuangan Politik Disalurkan Dua Tahap

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 15:07 WIB

Advertisement

alt

Rela, Ungkapan Some Island tentang Kelam, Ikhlas dan Perpisahan

Hiburan
| Jum'at, 29 Maret 2024, 09:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement