OPINI: Transformasi Digital Perbankan
Advertisement
Kemajuan teknologi digital diyakini oleh banyak ahli akan mengubah kehidupan kita, termasuk kehidupan dan bisnis perbankan. Seperti halnya industri pada umumnya yang akan melangkah ke era industri 4.0, demikian pula dengan industri perbankan.
Mau tidak mau, bank harus masuk ke Bank 4.0. Brett King memperkenalkan istilah Bank 4.0 sebagai Banking everywhere, never at bank. Adanya disrupsi teknologi digital ini mengubah bentuk persaingan dan bahkan meleburkan batas-batas industri yang sudah ada dan saat ini industri perbankan sedang mencari bentuk barunya.
Advertisement
Perbankan sendiri memiliki peranan penting sebagai intermediasi keuangan yang mengelola arus perputaran uang hampir di seluruh dunia. Untuk merancang masa depan bisnis perbankan dapat dimulai dengan satu pertanyaan: Apa yang dapat dilakukan bank yang tidak dapat dilakukan organisasi lain?
Secara garis besar paling tidak bank harus menjalankan tiga fungsi utama, yaitu: kemampuan menyimpan uang dengan aman (tabungan dan investasi), kemampuan untuk memindahkan uang (transfer dan pembayaran), kemampuan untuk meminjamkan uang (kredit). Sehingga untuk merancang masa depan bisnis bank ke depan, bank harus mampu menjalankan ketiga fungsi utama tersebut sebaik mungkin dengan memanfaatkan terknologi yang tersedia.
Pada era Bank 4.0, nasabahlah yang akan menjadi fokus utamanya. Layanan bank akan melekat ke manapun nasabah pergi, sejak awal nasabah membuka rekening hingga melakukan semua transaksi, kehadiran kantor fisik sudah tidak diperlukan lagi. Bank harus bisa melayani nasabah ke manapun nasabah pergi dan kapan pun nasabah membutuhkannya. Tentunya bank maupun lembaga yang melayani transaksi keuangan akan berlomba-lomba melakukan inovasi berbasis kecerdasan buatan untuk membuat paradigma baru terkait dengan layanan perbankan.
Dengan kata lain digital perbankan adalah bagaimana melakukan aktivitas perbankan dengan memanfaatkan kapabilitas teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini. Lebih lanjut, era perbankan 4.0 menjadi peluang bagi bank-bank di Indonesia untuk menawarkan lebih banyak jenis bantuan kepada nasabah.
Inovasi ini diharapkan dapat menghadapi persaingan seiring pesatnya perkembangan financial technology (fintech). Inovasi teknologi akan menjadi jantung dan darah industri perbankan selama beberapa tahun yang akan datang, dan jika bank-bank besar tidak memanfaatkannya pemain baru dari fintech dan perusahaan teknologi besar pasti akan melakukannya.
Kebanyakan perusahaan yang sedang menjalani transformasi digital akan menghadapi dua tantangan dalam bidang sumber daya manusia. Pertama, terkait dengan mendapatkan sumber daya manusia baru untuk memenuhi tuntutan kompetensi baru. Hal ini tentu tidaklah mudah, di mana saat ini semua perusahaan berebut sumber daya manusia (calon karyawan) yang memiliki kemampuan di bidang teknologi, seperti data scientist, software architect, programmer, dan sebagainya.
Kedua, terkait dengan bagaimana menumbuh kembangkan sumber daya manusia yang ada agar selaras dengan transformasi digital yang sedang dijalankan. Menurut Penelitian, sumber daya manusia yang memiliki growth mindset dan digital mindset akan menjadi penopang utama keberhasilan transformasi digital.
Transformasi Digital
Sebaliknya, sumber daya manusia yang memiliki fixed mindset akan menghambat insiatif transformasi digital yang dilaksanakan perusahaan. Oleh karena itu, dalam menjalani transformasi digital, semuanya harus berjalan bersama. Mindset karyawan harus berubah. Perusahaan harus menyediakan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan dan tools untuk memampukan mereka dalam menjalankan tugasnya di lingkungan yang berubah ini.
Kemajuan teknologi digital tentu telah mengubah perilaku finansial masyarakat Indonesia. Kunci keberhasilan suatu transformasi digital perbankan terletak pada kemampuan perusahaan membangun budaya digital.
Dilihat dari potensi dampak positif yang akan muncul dari transformasi digital yang dilakukan oleh perbankan, setidaknya terdapat dua potensi dampak positif yang paling signifikan yang mungkin muncul akibat hal tersebut.
Pertama, meluasnya aksesibilitas perbankan di Indonesia. Berdasarkan hasil kajian yang diungkapkan oleh Bain, Google, Temasek (2019), terdapat sekitar 92 juta jiwa masyarakat di Indonesia yang belum mendapatkan akses perbankan (unbanked).
Salah satu penyebab tingginya masyarakat yang masih belum mendapatkan akses perbankan adalah karena akses infrastruktur yang terbatas di sejumlah wilayah di Indonesia, sehingga sulit bagi lembaga keuangan untuk dapat membangun cabang di sejumlah daerah. Kedua, meningkatkan daya saing perbankan di Indonesia.
Transformasi perbankan menuju digital, dianggap akan meningkatkan efisiensi perbankan dengan menurunkan biaya operasional perbankan secara signifikan.
Meningkatnya efisiensi perbankan tersebut juga akan berdampak terhadap penurunan suku bunga yang jauh lebih kompetitif (CNBC Indonesia, 2021).
Menurunnya tingkat suku bunga perbankan, tentunya akan mendorong peningkatan kredit, baik kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit konsumsi, yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan aktivitas perekonomian dan pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatnya aktivitas perekonomian, diharapkan juga dapat meningkatkan penerimaan perpajakan khususnya melalui transaksi digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Korban Apartemen Malioboro City Syukuri Penyerahan Unit, Minta Kasus Tuntas
Advertisement
Hanya Satu Hari, Film The Last Dance Jadi Box Office di Hong Kong
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement