Advertisement

OPINI: Menilik Grand Design Implementasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Tri Anggoro Adhi, Guru SMP IT Abu Bakar Jogja
Jum'at, 22 Juli 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Menilik Grand Design Implementasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila Tri Anggoro Adhi, Guru SMP IT Abu Bakar Jogja

Advertisement

Pada saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan berupa hadirnya revolusi industri 4.0 yang bertumpu pada cyber physical system, dengan didukung oleh kemajuan teknologi, basis informasi, pengetahuan, inovasi, dan jejaring.

Hal tersebut menandai era abad digital kreatif dan kompetitif. Dampak nyata dengan hadirnya revolusi industri 4.0 khususnya pada kurun waktu 15 tahun terakhir, terlihat melemahnya mentalitas anak-anak bangsa sebagai dampak dari arus globalisasi, digitalisasi, Internet, media sosial.

Advertisement

Sejak diumumkan oleh Presiden Joko Widodo mengenai kasus pertama Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada awal Maret 2020 yang lalu, Indonesia kemudian dihadapkan pada masa pandemi. Proses pembelajaran pada saat itu dilaksanakan dengan moda jarak jauh atau dalam jaringan (daring).

Dengan berbagai platform media pendidikan, guru dan siswa berakselerasi dengan regulasi pembelajaran jarak jauh atau daring ini. Belajar dari rumah tanpa pendampingan, penggunaan Internet kurang terkontrol, lemahnya pendidikan agama dan etika, menambah degradasi moral dan mental generasi anak bangsa.

Hal tersebut berdampak pada prilaku anak saat ini lebih cenderung berkepribadian kurang sopan dan santun, emosi tidak terkendali, memberontak, membantah, tidak percaya diri, prestasi rendah.

Menghadapi tantangan tersebut dunia pendidikan dituntut menyesuaikan dengan dinamika perubahan masyarakat. Pendidikan menjadi ujung tombak dalam mencetak generasi bermutu, berkualitas, berdaya saing global, yang bisa bertindak cepat, tepat, dan mampu beradaptasi dengan baik dalam mengantisipasi sekaligus mengatasi dampak negatif gelombang kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan yang sangat pesat.

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ki Hadjar Dewantara berpandangan, “kemerdekaan pendidikan menitik beratkan terhadap cara anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu ‘dipelopori’, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahaun dengan menggunakan pikirannya sendiri”.

Sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim membuat terobosan dan meluncurkan platform kurikulum merdeka. Kurikulum Merdeka menguatkan orientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi melalui penyederhanaan konten dan pemberian fleksibilitas bagi sekolah.

Kurikulum Merdeka memiliki keunggulan antara lain; pertama, penyederhanaan konten yang berfokus pada materi esensial. Kedua, pembelajaran berbasis project yang kolaboratif, aplikatif, dan lintas mata pelajaran. Ketiga, rumusan capaian pembelajaran dan pengaturan jam pelajaran yang memberi fleksibilitas untuk merancang kurikulum operasional dan pembelajaran sesuai tingkat kemampuan peserta didik.

Regulasi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) dilaksanakan secara bertahap atau tidak serentak seluruh Indonesia. Beberapa langkah awal dengan pembentukan Sekolah Penggerak dan Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK-PK), program Guru Penggerak, IKM Mandiri (Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi). Berdasar data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi, sejak Tahun Ajaran 2021/2022 Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan 62.955 sekolah atau 29 persen populasi sekolah di Indonesia dalam tiga kategori tersebut. Sementara jumlah Sekolah Penggerak mencapai 9.242 sekolah atau sebesar 4% dari populasi sekolah di Indonesia.

Kurikulum Merdeka memberikan ruang pada project penguatan Profil Pelajar Pancasila yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.

Titik fokusnya, agar peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian, diinternalisasi berdasar kesadaran dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan.

Antusiasme warga sekolah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sangat tinggi. Tentunya tidak mudah menyiapkan Grand Design Implementasi Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Ada tantangan dan tuntutan kreativitas dan inovasi satuan pendidikan. Hal tersebut mungkin akan menjadi beban tersendiri jika kapasitas dan kapabilitas guru serta kepala sekolah tidak memadai menyambut perubahan ini.

Prinsip Pembelajaran

Ketika kepala sekolah dan guru sudah memahami filosofi dan prinsip dasar pembelajaran merdeka, maka pada hakikatnya sudah memiliki kesiapan untuk menerapkan kurikulum baru ini.

Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis project (project-based learning), yang berbeda dengan pembelajaran berbasis project dalam program intrakurikuler di dalam kelas.

Project penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, dan juga terlibat langsung dengan lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.

Pendidik dapat tetap melaksanakan pembelajaran berbasis project di kegiatan mata pelajaran (intrakurikuler). Pembelajaran berbasis project di intrakurikuler bertujuan mencapai Capaian Pembelajaran (CP), sementara project penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan mencapai kompetensi profil pelajar Pancasila.

Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, project penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis project yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Dimensi-dimensi Profil pelajar Pancasila antara lain; Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, Berkebinekaan global, Bergotong-royong, Mandiri, Bernalar kritis, Kreatif.

Sebagai upaya merancang project penguatan profil pelajar Pancasila ada beberapa hal yang menjadi perhatian. Pertama; tema yang dipilih mengarah berpikir holistik untuk mendorong peserta didik menelaah sebuah tema secara utuh dan melihat keterhubungan dari berbagai hal untuk memahami sebuah isu secara mendalam. Kedua; tema kontekstual, berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta didik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran, Ketiga; berpusat pada peserta didik, Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya, mengasah kemampuan secara mandiri dalam memunculkan inisiatif serta meningkatkan daya untuk menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Keempat; pilih tema eksploratif berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang yang lebar bagi proses inkuiri dan pengembangan diri.

Design Implementasi Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bermuara pada pembentukan sikap dan perilaku peserta didik yang memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri, bersikap sopan, bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai tujuan/arah hidup yang jelas, mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan. Sebagai salah satu upaya pendidikan karakter (character education), project P5 sangat memiliki peran yang penting dalam pembentukan karakter bangsa untuk mengatasi berbagai masalah atau krisis moral yang terjadi.

Penting bagi peserta didik mempelajari tema-tema atau isu penting di lingkungan sekitarnya dan ikut berpartisipasi melakukan aksi nyata dalam menjawab tantangan perubahan sesuai dengan tahapan belajarnya masing-masing. Target utama project penguatan profil pelajar Pancasila membentuk generasi bermutu, berkualitas, berdaya saing global, yang bisa bertindak cepat, tepat, dan mampu beradaptasi dengan baik dalam mengantisipasi sekaligus mengatasi dampak negatif gelombang kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan yang sangat pesat.

Dalam menjawab tantangan pendidikan yang semakin kompleks, diperlukan andil dari berbagai pihak agar berhasil baik. Orang tua juga harus membuka diri terhadap perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Anak-anak memiliki pemikiran yang kritis terhadap sesuatu yang baru. Bila orang tua tidak membuka diri terhadap perkembangan yang ada, kelak akan menuai kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari anak.

Pengembangan Karakater

Proses pembinaan dan pendidikan untuk pengembangan karakter dilakukan secara sadar oleh semua stakeholder melalui perencanaan yang baik, sistematis dan berkelanjutan pada setiap aspek kehidupan terutama pada institusi pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi. Semua warga masyarakat, bangsa, dan negara, pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal dan nonformal, sampai dengan para pemimpin dalam semua level mempunyai tugas dan tanggung jawab moral untuk dapat memahami (knowing), mencintai (loving) dan melaksanakan (implementing) nilai-nilai etika inti (core ethical values) dalam kehidupan pribadi dan masyarakat secara keseluruhan untuk membangun keberadaban bangsa yang bermartabat.

Harapan kita bersama, dengan Merdeka Belajar dapat meminimalkan dampak krisis moral yang tereduksi oleh arus globalisasi teknologi informasi, seperti pergaulan anak remaja yang bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, etika, unggah-ungguh yang semakin pudar. Program Merdeka Belajar dengan project penguatan profil pelajar Pancasila sebagai tonggak bagi majunya pendidikan dan bangsa Indonesia guna menjawab dinamika perubahan masyarakat, mencetak generasi bermutu, berkualitas, berdaya saing global, dan mampu beradaptasi dengan baik dalam mengantisipasi sekaligus mengatasi gempuran dampak negatif kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan yang sangat pesat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Rela, Ungkapan Some Island tentang Kelam, Ikhlas dan Perpisahan

Hiburan
| Jum'at, 29 Maret 2024, 09:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement