Kota Humanis Membangun Manusia
Advertisement
Kota adalah cerminan dari peradaban manusia. Dalam proses pembangunan kota, manusia tidak hanya menciptakan struktur fisik, tetapi juga membentuk identitas sosial dan budaya. Konsep "kota membangun manusia, manusia membangun kota" yang dicetuskan oleh N. Driyarkara, menggambarkan hubungan timbal balik yang kompleks antara individu dan lingkungan sosial manusia. Bagaimana pemikiran lebih lanjut yang perlu dikembangkan? Bagaimana relasi manusia dan kotanya?
Dalam artikel ini, dieksplorasi bagaimana manusia membangun kota dan bagaimana kota membentuk manusia, merujuk pada lensa pemikiran Sigmund Freud. Dasar-dasar pemikirannya ada dalam bukunya yang berjudul "Psychopathology of Everyday Life" (1901). Pikiran-pikiran Freud membantu dalam memahami relasi kota dan manusia atau manusia dan kota.
Advertisement
Manusia Membangun Kota
Proses pembangunan kota dimulai dari kebutuhan dasar manusia untuk berinteraksi dan berkolaborasi. Sejak zaman prasejarah, manusia telah membangun komunitas untuk memenuhi kebutuhan hidup, misalnya tempat tinggal, makanan, dan keamanan. Dalam konteks tertentu, kota menjadi wadah bagi hidup mansia, yang berfungsi secara sosial.
Freud, dalam karyanya menunjukkan, tindakan manusia tidaklah acak. Setiap tindakan memiliki makna dan tujuan. Ketika manusia membangun kota, mereka menciptakan ruang yang mencerminkan nilai-nilai dan aspirasi. Misalnya, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, dan gedung-gedung publik mencerminkan kemajuan teknologi dan sosial. Kota yang dibangun dengan baik mampu meningkatkan kualitas hidup, memberikan akses ke pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi.
Pembangunan kota sering kali diwarnai konflik dan ketidakadilan. Ketika manusia berusaha menciptakan ruang yang ideal, sering kali ada pengabaian terhadap kelompok tertentu. Fenomena ini menyebabkan ketegangan sosial dan psikologis, yang menjadi fokus perhatian Freud. Ia berargumen, gejala psikologis yang muncul dalam masyarakat sering kali berkaitan dengan ketidakpuasan terhadap lingkungan sosial dan fisik.
Kota Membangun Manusia
Sebaliknya, kota yang dibangun oleh manusia juga memiliki dampak signifikan terhadap individu yang tinggal di dalamnya. Lingkungan fisik dan sosial kota mempengaruhi perilaku, pola pikir, dan perkembangan psikologis individu. Misalnya, kota yang padat dan ramai akan menciptakan stres dan kecemasan. Kota yang teratur dan hijau mendukung kesejahteraan mental warga kota.
Freud menekankan pentingnya memahami bagaimana pengalaman individu dalam konteks sosial memunculkan gejala psikologis. Dalam bukunya, ia menunjukkan, tindakan sehari-hari, misalnya lupa nama atau kehilangan barang, sering kali mencerminkan konflik internal yang lebih dalam. Ketika individu berinteraksi dengan lingkungan kota, mereka membawa serta pengalaman, ingatan, dan konflik yang akan mempengaruhi cara mereka berfungsi dalam masyarakat.
Kota juga menyediakan konteks sosial, tempat individu belajar, beradaptasi, dan membentuk identitas diri. Interaksi dengan orang lain di dalam kota, dalam konteks positif maupun negatif, membentuk cara individu melihat diri sendiri dan dunia sekitarnya. Misalnya, pengalaman positif dalam komunitas akan meningkatkan rasa percaya diri dan identitas sosial. Pengalaman lain yang berciri negatif menyebabkan perasaan terasing dan depresi.
Interaksi Dinamis
Hubungan antara manusia dan kota bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Ketika manusia beradaptasi dengan kota, mereka juga mengubah kota melalui tindakan, keputusan, dan interaksi sosial. Proses ini menciptakan identitas kolektif yang mempengaruhi budaya dan norma sosial di dalam kota.
Freud menunjukkan, pengalaman dan konflik psikologis individu dipengaruhi oleh struktur sosial dan budaya yang lebih besar. Misalnya, ketika individu menghadapi tekanan dari lingkungan kota, mereka kadang mengembangkan mekanisme pertahanan psikologis untuk mengatasi stres yang muncul. Kejadian Ini menciptakan pola perilaku yang berulang, pada gilirannya mempengaruhi cara kota berkembang dan berfungsi.
Konsep "manusia membangun kota, kota membangun manusia" menggambarkan hubungan timbal balik yang kompleks antara individu dan lingkungan sosial manusia kota. Dalam proses pembangunan kota, manusia menciptakan ruang yang mencerminkan nilai-nilai dan aspirasi mereka, sementara kota yang dibangun juga membentuk karakter jiwa individu yang tinggal di dalamnya.
Melalui pemikiran Freud, dapatlah dipahami tindakan manusia dalam konteks sosial tidaklah acak. Setiap tindakan memiliki makna dan tujuan yang lebih dalam. Dengan memahami interaksi ini, kiranya dapat diciptakan kota yang lebih baik. Kota yang tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, terlebih jauh dan mendalam, diharapkan mampu mendukung kesejahteraan psikologis dan sosial individu.
Kota Humanis
Dalam dunia yang terus berubah, penting disadari pembangunan kota bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi tentang membangun komunitas yang sehat, dinamis dan harmonis. Dengan demikian, selanjutnya tercipta lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan manusia. Setiap individu berpeluang untuk berkontribusi dan merasa dihargai dalam masyarakat yang lebih besar. Membangun kota adalah membangun manusia. (***)
Oleh: Yohanes Djarot Purbadi
Anggota Klaster Riset History, Culture, Tourism and Architecture (HCTA), Program Studi Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Jadwal SIM Keliling di Bantul, Jumat 29 November 2024, Cek di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement