Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Gen Alpha Bisa Puasa dengan Maksimal di Era Teknologi

Frizki Yulianti Nurnisya, S.IP, M.Si., Ph.D, Dosen Ilmu Komunikasi UMY
Sabtu, 08 Maret 2025 - 06:37 WIB
Abdul Hamied Razak
HIKMAH RAMADAN: Gen Alpha Bisa Puasa dengan Maksimal di Era Teknologi Frizki Yulianti Nurnisya, S.IP, M.Si., Ph.D, Dosen Ilmu Komunikasi UMY

Advertisement

JOGJA—Generasi Alpha—anak-anak yang lahir setelah tahun 2010—tumbuh dalam lingkungan yang serba digital. 

Sejak kecil, mereka sudah akrab dengan gawai, Internet, dan teknologi canggih. Ketika bulan Ramadan tiba, tantangan mereka dalam menjalankan puasa berbeda dari generasi sebelumnya. 

Advertisement

Jika dahulu godaan puasa adalah bau makanan dari dapur atau ajakan bermain di luar rumah, kini distraksi datang dari layar gawai yang menyajikan hiburan tanpa henti. 

Lalu, bagaimana cara membantu Gen Alpha yang mulai beranjak remaja menjalankan puasa dengan maksimal di tengah derasnya arus teknologi?

Salah satu tantangan terbesar bagi Gen Alpha saat berpuasa adalah ketergantungan pada teknologi. Sejak dini, mereka terbiasa bermain gim online, menonton video di YouTube, hingga menggunakan aplikasi edukasi. 

Tidak jarang, mereka menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar tanpa menyadari waktu berbuka masih lama. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183). 

Ayat ini menegaskan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala hal yang mengganggu ketakwaan, termasuk penggunaan teknologi yang berlebihan. 

Jika tidak dikontrol, teknologi justru bisa menjauhkan mereka dari nilai-nilai spiritual yang harusnya diperkuat selama Ramadan.

Selain itu, pola tidur yang tidak teratur juga menjadi tantangan bagi Gen Alpha. Kebiasaan menonton video sebelum tidur atau bermain gim hingga larut malam membuat mereka sulit bangun sahur. 

Padahal, Rasulullah SAW bersabda: "Bersahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada berkah." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Jika anak-anak terlalu lelah akibat bergadang, mereka cenderung malas untuk sahur yang akhirnya membuat mereka cepat lemas di siang hari. Selain itu, waktu luang mereka sering dihabiskan dengan menonton televisi atau bermain gim, sehingga mereka melewatkan momen ibadah seperti Salat Tarawih atau membaca Al-Qur’an.

Untuk membantu Gen Alpha menjalankan puasa dengan lebih baik, orang tua dan lingkungan sekitar perlu menciptakan strategi yang tepat. Beberapa cara yang bisa diterapkan, pertama, membatasi penggunaan gawai secara bijak dengan cara orang tua bisa menetapkan waktu khusus untuk bermain gadget dan memilihkan konten yang lebih bermanfaat, seperti kisah Nabi atau kajian anak-anak tentang Ramadan. 

Ketua Umum PP Muhammadiyah, KH. Haedar Nashir pernah menyampaikan, “Teknologi harus digunakan secara produktif dan mendidik, bukan sekadar hiburan.” 

Kedua, mengenalkan ibadah dengan cara yang menyenangkan karena anak-anak perlu diajak memahami bahwa Ramadan bukan hanya soal menahan lapar, tetapi juga tentang kebaikan dan ibadah. 

Misalnya, mereka bisa diberi tantangan membaca Al-Qur’an satu halaman sehari atau menghafal doa pendek dengan hadiah kecil sebagai motivasi. Ketiga, mengatur jadwal tidur dan aktivitas sehari-hari, caranya orang tua bisa mengajak anak tidur lebih awal setelah Tarawih dan membangunkan mereka untuk sahur dengan suasana yang menyenangkan. Dengan jadwal yang lebih teratur, mereka bisa menjalani puasa dengan energi yang lebih baik. 

Terakhir, menggunakan teknologi sebagai sarana ibadah. Alih-alih melarang anak sepenuhnya dari gadget, lebih baik mengarahkan mereka ke aplikasi Islami seperti Al-Qur’an digital, video kajian Ramadhan untuk anak-anak, atau kisah inspiratif tentang para Nabi. 

Dengan cara ini, teknologi tidak lagi menjadi penghalang, tetapi justru menjadi alat untuk memperkuat ibadah.

Meskipun Gen Alpha tumbuh di era digital, bukan berarti mereka tidak bisa menjalankan puasa dengan maksimal. Dengan bimbingan yang tepat, mereka bisa belajar menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan nilai-nilai spiritual. 

Sebagaimana pesan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, “Hidup-hidupilah Islam, jangan mencari hidup di Islam.” Artinya, beribadah bukan sekadar rutinitas, tetapi harus dipahami dan dijalankan dengan kesadaran penuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Waktu Imsak dan Buka Puasa di Jogja Hari Ini, Rabu 12 Maret 2025

Jogja
| Rabu, 12 Maret 2025, 02:17 WIB

Advertisement

alt

Penyanyi K-Pop Wheesung Ditemukan Meninggal Dunia di Apartemen

Hiburan
| Selasa, 11 Maret 2025, 13:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement