Advertisement

OPINI: Bagaimana Sekolah Beradaptasi Pascapandemi Covid-19 Berakhir?

Fety Landari, Mahasiswi Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta
Rabu, 21 April 2021 - 10:57 WIB
Galih Eko Kurniawan
OPINI: Bagaimana Sekolah Beradaptasi Pascapandemi Covid-19 Berakhir? Corona

Advertisement

Di awal pembelajaran daring, ada beberapa kendala yang aku alami, yaitu kurangnya pemahaman akan suatu materi. Menurutku, belajar dengan pemikiran sendiri tanpa penjelasan dari guru kurang dapat dimengerti. Namun, seiring berjalannya waktu, aku merasa mendapat banyak kemudahan dari pembelajaran daring.....karena adanya ketersediaan teknologi dan informasi yang memadai sehingga kita bisa mencari dengan mudah di internet ketika perlu belajar lebih. (Laurel, siswi kelas X).

Pandemi Covid-19 yang kita alami saat ini merupakan kejadian yang tidak pernah diduga oleh siapapun. Semua sendi kehidupan terdampak oleh wabah virus ini, tidak terkecuali dunia pendidikan. Demi melindungi semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses belajar mengajar, terutama anak didik ketika kelompok usia tertentu sangat rentan, proses belajar mengajar tidak boleh berhenti. Pembelajaran secara daring menjadi pilihan utama.

Advertisement

Pilihan ini seketika juga menghentikan proses interaksi secara fisik di antara anak-anak maupun dengan guru. Tiadanya kesempatan bermain dengan teman adalah realita yang harus dihadapi oleh mereka. Pada awalnya, anak-anak, orang tua dan guru dengan gagap harus menyesuaikan dengan realita ini.

Setahun kurang lebihnya pembelajaran daring berlangsung. Kebiasaan dan pola belajar baru telah terbentuk, diantaranya mereka terbiasa mengatur jadwal sendiri yang sangat tergantung pada kesadaran masing-masing anak. Penyelesaian tugas dari guru dimungkinkan untuk dikerjakan sendiri atau dibantu orang lain.

Perubahan luar biasa terjadi baik pada anak-anak maupun para guru. Tantangannya adalah apa yang akan terjadi setelah pandemi berakhir? Apakah proses belajar mengajar tatap muka akan berlangsung seperti sebelum pandemi? Ataukah akan muncul kebiasaan dan pola baru sebagai buah atas proses belajar mengajar selama pandemi ini?

Adanya beberapa kebiasaan baru akibat pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 berlangsung patut mendapatkan perhatian. Kebiasaan positif yang mendukung keberhasilan dan efektivitas proses pembelajaran tentu akan menjadi masukan yang sangat penting untuk menentukan metode pembelajaran di masa mendatang. Menurut pengalaman penulis, ada beberapa hal menarik dari cara pembelajaran daring yang perlu diperhatikan pada saat pembelajaran tatap muka diberlakukan kembali.

Gadget sebagai Peralatan Belajar
Di era digitalisasi saat ini, godaan terbesar saat anak-anak di rumah adalah penggunaan ponsel mereka. Bisa diibaratkan ponsel sebagai pengganti teman mereka yang hilang. Bermain games dan berselancar di media sosial adalah kecanduan buat anak-anak jaman sekarang. Orang tua juga mengalami dilema.

Mereka paham dampaknya buat anak-anak, tapi di sisi lain mereka tidak bisa berbuat banyak, karena keterbatasan pengawasan. Untuk anak-anak yang lebih kecil mereka akan bisa duduk lebih tenang tidak menganggu bila sudah memegang ponsel. Kebiasaan ini tenyata memberikan dampak positif maupun negatif. Tantangannya adalah bagaimana menghilangkan kebiasaan baru yang berdampak negatif.

Peran Guru Tak Tergantikan
Fakta yang sering terjadi adalah orang tua dengan dua atau lebih anak merasa tertekan dan emosional karena harus mendampingi anak-anak belajar di rumah. Tugas menjadi lebih berat buat orang tua yang juga bekerja. Rasanya semua orang kehilangan akal sehatnya karena pembelajaran di rumah.

Bisa dibayangkan selama ini guru di kelas harus mendampingi puluhan anak selama kurang lebih 6 jam setiap harinya, bukanlah perkara mudah. Pandemi ini membukakan mata banyak orang tua, bahwa mereka sangat berterima kasih pada para guru. Pertanyaannya apakah belajar di rumah dapat menggantikan peran guru? Jawabannya pasti tidak, terutama buat anak-anak yang lebih kecil, peran guru tidak bisa tergantikan dengan belajar di rumah, seberapapun tingginya teknologi yang dimiliki.

Perlu Asesmen Kemampuan & Pemahaman
Buat anak yang tertinggal pelajaran karena berbagai penyebab, menjadi tantangan yang perlu dipecahkan oleh sekolah saat mereka kembali belajar di sekolah. Akankah wali kelas mampu mengatasinya sendiri?

Mungkin akan berat buat wali kelas bila itu terjadi. Solusinya sekolah perlu memikirkan adanya guru atau seorang psikolog yang bisa membantu menilai apakah seorang anak mengalami ketertinggalan pelajaran dan akan sulit untuk belajar bersama temannya. Keberadaan guru tambahan juga menjadi salah satu solusi untuk membantu anak yang mengalami masalah seperti itu.

Penciptaan Interaksi Sosial
Banyak siswa kehilangan kesempatan pembelajaran sosio-emosional dengan teman dan guru. Terisolasi di rumah hanya dengan anggota keluarga dalam waktu setahun terakhir. Fakta di atas menjadi tantangan besar bagi sekolah dan guru, untuk menfasilitasi kehilangan kesempatan interaksi sosial hingga perilaku individual yang menjadi kebiasan baru. Guru perlu secara kreatif mendesain pola belajar baru di sekolah, supaya beban tekanan pembelajaran di sekolah tidak terlalu memberatkan anak.

Keniscayaan Penggunaan Teknologi dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran konvesional di sekolah sudah berjalan berpuluh-puluh tahun, ada sekolah yang ‘melek teknologi’ namun pasti banyak yang masih sama kondisinya seperti puluhan tahun yang lalu. Pembelajaran daring menuntut sekolah dan guru memanfaatkan teknologi.

Guru juga banyak belajar menggunakan teknologi untuk berinteraksi dengan anak-anak selama mereka belajar di rumah. Selanjutnya sekolah harus bagaimana? Kembali ke kebiasaan lama yang konvensional? Tentunya itu bukan pilihan bagi sekolah yang berkeinginan maju. Tantangannya adalah sejauh mana teknologi nantinya diterapkan untuk peningkatan belajar mengajar di sekolah.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan sekolah adalah pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar di sekolah. Tujuannya adalah proses belajar yang lebih bervariasi, yang bisa memberikan pengetahuan lebih buat anak-anak. Penggunaan media daring sebenarnya membuat sekolah menjadi lebih mudah mengundang narasumber, untuk membantu memberikan motivasi atau perubahan pola berpikir ‘out of the box’ buat anak-anak.

Penggunaan teknologi bisa juga dimanfaatkan buat anak-anak yang sakit ringan namun tetap tidak bisa masuk sekolah, dimana mereka bisa mengikuti pelajaran dari rumah, karena sekolah menfasilitasinya. Kunci keberhasilan disini adalah sekolah dan guru yang harus lebih kreatif memodifikasi bentuk pembelajaran buat anak-anak didik mereka pasca pandemi.

Dukungan Pemerintah Penting
Mungkin tidak semua sekolah mampu memikirkan langkah apa yang sebaiknya dilakukan setelah pembelajaran di sekolah aktif kembali. Penulis meyakini peran pemerintah akan banyak membantu sekolah, lewat arahan, sumbangsih pemikiran atau panduan pembelajaran berbasis teknologi.

Harapan orang tua agar sekolah tidak melulu kembali ke kebiasaan lama, tapi menjadi sekolah yang bertumbuh akibat pandemi menjadi harapan bagi banyak orang tua.

Sudah jelas pembelajaran daring bukanlah pilihan permanen bagi pendidikan. Namun, pandemi ini telah membukakan mata akademisi, bahwa teknik pembelajaran di kelas yang didukung kemajuan teknologi dapat memperkaya sistem belajar mengajar pasca pandemi jika sekolah dan guru menjadi sosok yang kreatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pembangunan TPS Sementara Gadingsari di Bantul Jalan Terus, Lahan Masih Dibersihkan

Bantul
| Rabu, 24 April 2024, 14:07 WIB

Advertisement

alt

Berikut Rangkaian Program Pilihan Keluarga Indonesia Paling di Hati, Hanya di MNCTV

Hiburan
| Selasa, 23 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement