OPINI: Mudik Lebaran dan Wisata di Masa Pandemi Amankah?
Advertisement
Kondisi pandemi Covid-19 yang tidak kunjung selesai menyisakan beberapa dampak dan persoalan. Salah satunya adalah adanya perubahan interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Pada masa sebelum pandemi kita terbiasa berkumpul, bepergian bertemu dengan teman, rekan kerja, sahabat, keluarga handai tolan dengan berinteraksi secara langsung dan tiba-tiba berubah karena adanya pembatasan jarak pada masa pandemi.
Situasi tersebut akan mempengaruhi kondisi psikologi dimasyarakat. Menurut Psikolog Universitas Indonesia Dr. Rose Mini Agoes Salim menyebutkan bahwa ada suatu fenomena yang muncul dimasyarakat yaitu pandemic fatigue (kelelahan akibat pandemi).
Advertisement
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) situasi ini adalah kehilangan motivasi untuk mengikuti perilaku yang disarankan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari virus. Hal ini terjadi karena rasanya kondisi yang kita hadapi tidak kunjung membaik dalam waktu lama. Kita jenuh untuk menerapkan gaya hidup baru yang disesuaikan dengan protokol kesehatan. Adanya suatu pengalaman di masa dua tahun terakhir terjadi pembatasan untuk berinteraksi, bepergian sehingga terjadi kejenuhan.
Terbitnya penetapan pemerintah mengenai perubahan hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2022 berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama No.375/2022, Menteri Ketenagakerjaan No. 1/2022 dan Menteri PANRB No. 1/ 2022 yang berisi antara lain mengenai ketetapan Cuti Bersama Hari Raya Idulfitri 1443 Hijriah tanggal 29 April, 4, 5,6 Mei 2022 memberikan potensi masyarakat yang akan melakukan mudik lebaran menjadi semakin tinggi. Masyarakat akan memanfaatkan momentum tersebut untuk bisa mudik ke kampung halaman dengan berbagai cara dan beragam moda transportasi yang digunakan. Bahkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR menyebutkan bahwa dari hasil survei Badan penelitian Perhubungan (Balitbanghub) ada potensi sebanyak 79,4 juta orang akan mudik tahun ini. Belum lagi ada pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam weekly press briefing Senin (11/4) di kantor Kemenparekraf yang memperkirakan akan ada lebih dari 48 juta pemudik yang berkunjung ke tempat-tempat wisata, khususnya selama Lebaran 2022. Pada sisi lain, Selasa (12/4), Juru bicara Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Siti Nadia Tarmidzi, M.Epid mengatakan kasus konfirmasi Covid-19 terjadi penurunan yang signifikan kalau dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Namun demikian ada beberapa provinsi yang mengalami peningkatan kasus. Situasi ini maka potensi penularan penyakit Covid-19 masih mungkin terjadi di manapun, apabila tidak dilakukan pengendalian yang tepat dan efektif.
Apabila menengok pada tahun sebelumnya pada masa pandemi, maka tahun 2022 ini adalah tahun pertama diperbolehkan masyarakat untuk mudik lebaran. Setelah dua tahun sebelumnya tidak diperbolehkan secara resmi. Bulan Ramadan pada tahun ini dianggap sebagai sebuah momentum bagi masyarakat Indonesia untuk bisa melaksanakan mudik lebaran. Adanya kejenuhan yang dirasakan selama pandemi yang tidak kunjung selesai, sehingga muncul keinginan lebih untuk mudik ke kampung halaman.
Mudik sebagai sebuah tradisi yang sudah lama di negara ini mempunyai beberapa makna antara lain adalah mempererat kembali silaturahmi dengan keluarga handai tolan sanak saudara yang dalam beberapa waktu telah terpisah oleh jarak, selain itu juga sebagai pengobat rindu dan bernostalgia baik bagi pemudik maupun orang-orang di kampung halamannya. Namun demikian perlu diingat bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir, masih perlu kewaspadaan semua pihak.
Ada beberapa hal perlu dilakukan menurut pandangan penulis sebagai alternatif solusi dalam menghadapi kondisi di atas antara lain: adanya kebijakan Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 mengenai syarat perjalanan khususnya pada saat mudik ini maka perlu adanya upaya pelaksanaan vaksinasi khususnya dosis ke-2 dan dosis ke-3 (booster) yang maksimal di berbagai tempat bahkan sampai di daerah. Kesiapan dari unsur-unsur terkait, sangat penting dalam hal ini, baik mengenai koordinasi antar lembaga, sumber daya manusia, anggaran, bahan vaksin dan peralatan pendukung teknis lainnya.
Pemerintah baik dari, Pusat sampai daerah bersama dinas terkait dan fasilitas pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit pemerintah maupun swasta, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) bahkan lembaga negara seperti Kepolisian, TNI, organisasi masyarakat dan elemen lain agar melakukan upaya koordinasi percepatan vaksinasi yang efektif. Selain itu adanya sosialisasi kepada masyarakat melalui berbagai media mengenai informasi jadwal dan lokasi Vaksin serta persyaratan khususnya selama bulan Ramadhan ini harus lebih gencar dilakukan.
Pemberian informasi mengenai aspek keamanan vaksin pada saat berpuasa serta upaya preventif dan promotif lain juga terus dilakukan.
Peran ulama dan organisasi masyarakat keagamaan juga sangat diperlukan dalam memberikan pencerahan secara terus menerus kepada umat Muslim mengenai maksud tujuan dan manfaat vaksinasi.
Informasi yang positif tersebut akan menumbuhkan keyakinan mengenai pentingnya vaksinasi dalam upaya memutus penularan Covid-19. Momentum bulan Ramadan ini bisa dilaksanakan percepatan vaksinasi di lingkungan rumah ibadah khususnya Masjid. Masyarakat akan lebih sering ke rumah ibadah: Masjid, musala, langgar untuk melaksanakan salat tarawih berjamaah. Hal ini merupakan kesempatan dilaksanakan vaksinasi di lingkungan rumah ibadah pada saat sebelum berbuka puasa atau selesai salat tarawih.
Ulama juga sangat berperan dalam memberikan informasi positif dalam isi ceramahnya mengenai faktor keamanan dari aspek kehalalannya. Sehingga umat menjadi semakin percaya dan selanjutnya kemantapan dalam hati dalam melaksanakan vaksinasi bagi umat.
Pada sisi lain bahwa pemudik yang akan berjumpa dengan keluarga di kampung halaman kemungkinan besar akan memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke tempat wisata. Adanya mudik lebaran pada sektor pariwisata menumbuhkan potensi perputaran roda ekonomi yang selama ini lesu.
Potensi Penularan Covid-19
Tapi ingat, pandemi belum berakhir. Potensi penularan Covid-19 masih bisa terjadi. Oleh karena itu tempat wisata dan semua unsur yang terkait juga harus mewaspadai dan bisa mengendalikan potensi penularan Covid-19. Pengelola Wisata sudah seharusnya menerapkan secara konsisten dan memperketat aspek Cleanliness, Health, Safety and Environment (CHSE), yaitu aspek kebersihan, kesehatan, keselamatan dan lingkungan. CHSE merupakan upaya yang pengewejahwantahan dari protokol kesehatan secara komprehensif dalam menekan penularan penyakit dan keselamatan wisatawan serta meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Namun tentunya hal ini memerlukan kesadaran semua pihak baik kepada pengunjung/wisatawan, pengelola wisata dan juga para pemangku kepentingan. Adanya sertifikasi CHSE yang digalakkan pemerintah melalui Kemenparekraf dianggap upaya yang positif dalam menekan laju penularan penyakit Covid-19. Selain itu juga akan menumbuhkan rasa percaya diri bagi pengelola wisata dan juga kepercayaan bagi wisatawan yang akan berkunjung ke destinasi wisata tersebut.
Apabila membicarakan mengenai mudik dan wisata, aspek lain yang tidak kalah penting transportasi yang memadai. Pelaku perjalanan idealnya harus dalam kondisi yang prima. Karena jarak tempuh, kondisi jalan dan risiko penularan penyakit selama perjalanan akan berpengaruh terhadap kesehatannya. Pengaturan rute dan arus lalu lintas jalan raya oleh pihak terkait termasuk tenaga kesehatan di beberapa lokasi jalan yang dilalui juga harus dipersiapkan secara matang. Keselamatan dan kesehatan pemudik menjadi prioritas utama. Penyakit yang bisa dikendalikan maka diharapkan beban pandemi bisa makin berkurang. Semua berharap mudik tahun ini berjalan lancar, dan aman. Pelaku wisata senyum riang, pemudik gembira karena sehat, selamat sampai kembali pulang. Keluarga di kampung halaman tenang dan senang. Pada akhirnya selamat mudik, jaga keselamatan dan kesehatan. Semoga pandemi Covid-19 segera menghilang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kunjungi Harian Jogja, Mahasiswa Universitas PGRI Madiun Tanyakan Kiat Bertahan di Era Digital
Advertisement
Hanya Satu Hari, Film The Last Dance Jadi Box Office di Hong Kong
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement