Advertisement

OPINI: Resesi Jangan Dinanti

Wahyu Setyobudi
Rabu, 02 November 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Resesi Jangan Dinanti Ilustrasi UMKM - surakarta.go.id

Advertisement

Selama lebih dari sebulan ini, ruang dengar ki­ta diramaikan de­ngan isu resesi global yang me­ng­ancam dunia. Presiden Jo­ko­wi menggambarkan se­ca­ra dramatis, jelas, dan gam­blang bahwa situasi du­nia pada 2023 akan men­jadi gelap. Pesan yang sangat kuat untuk mem­be­rikan peringatan bagi se­­luruh komponen bangsa agar melakukan persiapan yang dianggap penting.

Pernyataan ini kemudian diperkuat oleh Ibu Sri Mulyani yang menyampaikan bahwa keadaan dunia sedang dalam bahaya. Beberapa hari berselang, Menteri Keuangan menambahkan bahwa akan ada beberapa negara yang dianggap relatif aman terhadap resesi dunia, yaitu emerging economy seperti India, Indonesia, Brasil, dan Meksiko.

Advertisement

Segera pernyataan dua pemimpin otoritatif ini memicu riak besar di antara pelaku bisnis, bahkan hingga masyarakat luas. Warganet membagikan data, tips, opini dan lain sebagainya, sehingga apa yang disebut ketidakpastian itu makin menjadi-jadi. Berita samar yang diamplifikasi oleh crowd opinion memicu kegelisahan di kalangan usaha khususnya UMKM.

Bukan tanpa alasan kegelisah­an menghantui aktivitas bis­nis UMKM dan masyarakat awam. Kondisi ekonomi ne­gara-negara yang selama ini dianggap perkasa, Inggris, Ame­rika Serikat, dan negara Eropa lainnya melesu. Me­nim­bulkan kekhawatiran akan berdampak pada bisnis da­lam negeri.

Ambil contoh ekspor Indonesia ke Inggris pada tahun 2021 adalah sekitar US$1,8 miliar atau setara dengan Rp25 triliun yang terdiri dari alas kaki, kopi, teh, kakao, kelapa sawit, dan lain sebagainya. Sebagian besar produk tersebut dihasilkan oleh UMKM. Saat ini Inggris mengalami pertumbuhan ekonomi kuartal III minus 0,3% dan diprediksi akan terus mengalami tekanan di kuartal berikutnya.

Dalam tulisan ini, saya tak hendak membahas aspek ekonomi global, bagaimana resesi terjadi dan dampaknya terhadap ekonomi makro Indonesia. Selain sudah banyak dibahas, juga berada pada tataran intervensi kebijakan yang tidak dalam jangkauan pelaku bisnis. Tulisan ini akan menyentuh pada apa yang perlu dilakukan oleh pelaku usaha khususnya UMKM dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang mungkin saja berdampak pada kondisi lingkungan bisnis yang dekat dengan aktivitas keseharian para wirausahawan.

Peran UMKM dalam per­eko­nomian nasional tidaklah ke­cil. Bahkan tidak berlebih­an jika dikatakan UMKM se­ba­gai sokoguru pembangunan ekonomi Indonesia. Betapa tidak, kontribusi UMKM terhadap PDB telah mencapai 61,9%, dan menyerap tenaga kerja sebesar 97%. Dengan signifikansi yang demikian besar, UMKM menjadi mesin ekonomi yang menghidupkan pola produk­si-konsumsi di level akar rum­put sebagai penggerak eko­no­mi nasional.

Terkait isu potensi resesi global, pelaku bisnis UMKM perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini. Pertama, membangun sikap optimistis. Ada hal yang lebih berbahaya dari resesi ekonomi, yaitu resesi batin. Suatu keadaan ketika ketakutan demikian besar, sehingga memenjarakan kemampuan kreatif untuk beradaptasi. Perusahaan layaknya juga manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada kondisi yang berubah.

Kita harus meyakinkan diri, jika ada kesulitan dalam lingkungan bisnis, kita akan dapat mengantisipasinya. Para pelaku bisnis UMKM perlu meng­ingat bah­wa 2020 hingga 2021 adalah tahun resesi yang be­rat bagi Indonesia. Sia­pa yang mampu melewa­ti­nya sesungguhnya telah me­nun­jukkan resiliensi yang luar biasa. Dengan demikian, kita perlu waspada, tetapi tidak perlu takut. Ketakutan pada resesi yang berlebihan akan menyebabkan UMKM cenderung menahan investasi, membatasi produksi yang akhirnya justru kontraproduktif dengan usaha untuk membangkitkan ekonomi.

Kedua, yang perlu mendapat perhatian UMKM adalah mempersiapkan kesehatan bisnis. Sedikit cuaca gerimis dapat membuat be­be­ra­pa orang yang kurang fit menja­di masuk angin. Se­men­tara ba­gi mereka yang me­mi­liki da­ya tahan tubuh ting­gi, cua­ca ekstrem masih da­pat di­­tang­gung. Demikian pula de­­ngan bisnis UMKM. Jika fun­­damental model bisnis, ke­uangan, operasi, dan pe­ma­­sar­­an kuat, terpaan ba­dai eko­­nomi akan relatif bi­sa di­­tahan. Oleh karena itu, fo­kus­­lah untuk memperbaiki ra­sio utang, efisiensi operasi, por­to­folio produk, bauran pe­langgan, sistem keuangan dan lain sebagainya sehingga perusahaan tahan banting.

Ketiga, membangun kemampuan adaptif. Sejak dilanda Covid-19, kita telah akrab dengan istilah normality is an illusion. Situasi normal adalah ketika kita memiliki kemampuan untuk berinovasi mengikuti selera pelanggan yang bergerak sangat cepat. Oleh karena itu, UMKM perlu mengasah kemampuan inovasi sebaik mungkin. Selalu berpikir cara baru, produk baru, pasar baru, resep baru, dan lain sebagainya. Kemampuan adaptif inilah yang menjadi kunci bertahannya UMKM dalam berbagai kondisi.

Demikian beberapa hal penting yang tampaknya lebih baik diperhatikan oleh pengusaha UMKM. Kita berharap dengan respons pemerintah yang menggelontorkan insentif ekonomi untuk tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi, disinergikan dengan pergerakan optimis UMKM Indonesia, kita dapat berharap perahu ekonomi nasional akan selamat melewati badai yang mengadang. Tidak perlu takut resesi, tetapi persiapkan segala hal yang penting. Seperti quotes penting dalam film klasik Independence day, We hope for the best, but prepare for the worst.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembangkan Digitalisasi UMKM, Pemkot Libatkan Mahasiswa

Jogja
| Selasa, 16 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

alt

Agensi Ungkap Hasil Autopsi Kematian Park Bo Ram

Hiburan
| Senin, 15 April 2024, 19:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement