Advertisement

OPINI: Menagih Janji Korporasi

Stella Septania Farronikka
Rabu, 30 November 2022 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: Menagih Janji Korporasi Ilustrasi perubahan iklim. - JIBI

Advertisement

Net Zero Tracker merilis studi mengenai peran perusahaan multinasional dalam mencegah dampak perubahan iklim dengan hasil yang mengejutkan, hanya 32 dari 100 perusahaan swasta besar di dunia yang telah memiliki komitmen dan menetapkan target mencapai nol emisi karbon.

Sisanya, belum memasang target sama sekali, bahkan hanya empat perusahaan swasta yang memiliki target emisi dengan rencana yang jelas dan terukur. Sungguh ironis, mengingat perubahan iklim saat ini menjadi isu yang begitu penting.

Advertisement

Di Indonesia, dalam menanggulangi masalah perubahan iklim, pemerintah telah menetapkan komitmen net zero emission (NZE) pada 2060. NZE atau nol emisi karbon merupakan sebuah kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap bumi.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan komitmen NZE adalah mengurangi jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia pada kurun waktu tertentu. Kita mengenalnya dengan istilah ‘jejak karbon’.

Pemerintah telah menerapkan lima prinsip utama untuk mengurangi jejak karbon dan mencapai kondisi NZE, yaitu meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengurangan energi fosil, penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, dan pemanfaatan carbon capture and storage (CCS).

Kelima prinsip ini sejalan dengan realita bahwa penyumbang emisi karbon terbesar kita saat ini adalah sektor energi, transportasi, hingga sampah rumah tangga. Jadi, harus dipahami bersama, upaya mencapai komitmen NZE 2060 tidak hanya memerlukan peran serta masyarakat, tetapi juga para pelaku bisnis.

Tahun ini, berbagai negara di COP26 dan COP27 menyatakan We can not fight climate change alone. Sejatinya, semua elemen masyarakat dan peran serta korporasi sangat diperlukan untuk memastikan masa depan bersama. Sudah lama kita berharap akan adanya aksi nyata, namun sayangnya, hingga saat ini perbincangan mengenai green living dan environmentally care business seolah masih berada di tataran elite.

Hasil studi Net Zero Tracker adalah bukti bagaimana perusahaan-perusahaan swasta, bahkan berskala besar sekali pun, kurang begitu peduli pada isu lingkungan. Kalaupun ada, isu lingkungan seharusnya perlu ditangani serius dan dikelola secara berkelanjutan, bukan sekadar kegiatan amal atau memenuhi kewajiban regulasi.

Di Indonesia, tidak sedikit perusahaan yang telah berupaya berperan aktif menanggulangi perubahan iklim. Namun sekali lagi, belum banyak perusahaan yang benar-benar memiliki komitmen, kebijakan, strategi, dan langkah-langkah yang jelas dan terukur. Apalagi hanya sedikit yang benar-benar berani transparan dan akuntabel. Dari sedikit perusahaan itu, Gojek sepertinya bisa dijadikan salah satu contoh.

MULTIPLIER EFFECT

Langkah yang dilakukan Gojek sebagai bagian Grup GoTo terbilang cukup unik dan memiliki potensi impact serta multiplier effect yang signifikan. Jika terus konsisten, bisa jadi Gojek dapat membantu mengakselerasi perubahan para user-nya ke arah gaya hidup rendah karbon.

Selain mengakselerasikan adopsi kendaraan listrik 100% pada 2030, terdapat inovasi Gojek melalui fitur GoGreener Tree Collective yang memberikan pilihan bagi para penggunanya untuk ikut berkontribusi mengurangi jejak karbon lewat penanaman pohon.

Inisiatif ini juga memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri, yaitu transparansi. Mereka serius melakukan pemantauan terhadap seluruh pohon yang ditanam oleh konsumen dalam fitur GoGreener, melalui teknologi berbasis kecerdasan buatan.

Ini penting, mengingat tidak sedikit perusahaan yang tidak terbuka atau dapat dikatakan “green washing”, yaitu perusahaan yang memanfaatkan dana yang ditarik oleh masyarakat dengan alasan untuk berkontribusi membuat bumi menjadi lebih hijau. Namun faktanya, mereka tidak pernah memberikan laporan secara berkala terkait dengan setiap rupiah yang diberikan.

Perusahaan lain yang juga sejalan dengan upaya mengurangi emisi rendah karbon ialah Danone dan Unilever. Danone misalnya, mereka memangkas konsumsi energi, mempromosikan penggunaan energi terbarukan seperti pemakaian solar panel dan boiler biomassa, dan menerapkan praktik pertanian regeneratif, serta menghilangkan deforestasi di sepanjang rantai pasok dan menciptakan kemasan yang sirkular.

Sementara itu, Unilever yang berambisi mencapai nol emisi pada 2039, juga menggunakan pemakaian EBT seperti panel surya, penggunaan energi biomassa yang berasal dari cangkang sawit, bahkan akan mengurangi 50% plastik baru. Mereka juga memastikan 100% kemasan plastik dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau diubah menjadi kompos.

Pekerjaan rumah masih banyak dan perjalanan masih panjang. Apa yang dilakukan Gojek, Danone, hingga Unilever harus ditularkan lebih luas oleh seluruh korporasi dan pelaku bisnis lainnya di Indonesia demi mewujudkan mimpi ekonomi hijau di Nusantara ini.

Kita semua tentu menyadari perjalanan menuju ekonomi hijau itu tidak mudah dan tidak singkat, bahkan mungkin saja penuh dengan liku dan batu sandungan. Namun demikian, mimpi itu tidak akan dapat kita raih, dan perjalanan panjang kita tidak akan sampai pada garis finish, jika kita tidak pernah mulai melangkah. Dream big, starts small.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Gamelan: Problematika, Ekosistem, dan Kemajuan Kebudayaan

Jogja
| Rabu, 04 Desember 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

1 Kakak 7 Ponakan Jadi Film Terbaru Yandy Laurens, Adaptasi dari Sinetron Tahun 1990-an

Hiburan
| Rabu, 04 Desember 2024, 17:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement