Advertisement

OPINI: IKN Mempromosikan Ekowisata

I Dewa Gde Satrya
Senin, 06 Maret 2023 - 06:07 WIB
Maya Herawati
OPINI: IKN Mempromosikan Ekowisata

Advertisement

Kehadiran Presiden Jokowi menginap kedua kalinya di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada Kamis (23/2) lalu tidak hanya mempromosikan IKN, tetapi juga ekowisata yang menjadi basis kota masa depan.

Ekowisata merupakan pilihan yang tepat untuk dikembangkan di ikon baru Indonesia, karena mewujudkan visi keselarasan alam, budaya dan masyarakat lokal dengan pertumbuhan ekonomi. Ketiganya selama ini saling kontradiktif, namun diharapkan di IKN hal itu akan selaras.

Advertisement

Sebagai ibu kota negara, IKN merupakan wajah Indonesia di mata dunia. Ekowisata yang merupakan salah satu tolak ukur per­adaban maju, ketika dihadirkan di IKN, akan menghadirkan citra positif Indonesia sebagai negara maju yang peka dan peduli terhadap alam, memanusiakan dan memuliakan budaya dan masyarakat lokal.

Hal ini juga menjadi spirit masyarakat internasional, pada perayaan Hari Lingkungan Hidup sedunia tahun 2022, misalnya, tema yang diangkat menjadi cerminan kerinduan umat manusia akan alam yang lestari, “Only One Earth: Living Sustainably in Harmony with Nature.” Oleh karena itu, tidak berlebihan bila dikatakan IKN mempromosikan ekowisata, teruttama kepada masyarakat di Indonesia.

Pertama, IKN berbasis ekowisata menumbuhkan kesadaran lingkungan (environmental concern). Upaya-upaya untuk melestarikan alam, diyakini akan semakin intens dilakukan, sebagai bentuk kesepahaman dan apresiasi terhadap pembangunan IKN yang mengedepankan kelestarian alam. Dalam hal penanaman pohon misalnya, Presiden Jokowi bersama para 34 gubernur telah melakukan penanaman pohon khas dari 34 provinsi di titik nol IKN tahun lalu.

Tradisi baik ini telah dilakukan kepemimpinan sebelumnya. Sejak tahun 2012, Pemerintah Indonesia mengadopsi Hari Hutan sedunia setiap 21 November. Jusuf Kalla ketika menjabat sebagai Wakil Presiden menyerukan gerakan menanam miliaran pohon yang sangat bermanfaat bagi kehidupan keseluruhan masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penanaman berjuta-juta dan miliaran pohon dapat menyejukkan batin kita, mata kita, memayungi kita dari rasa panas di jalanan pada waktu siang, menyehatkan kita dan meningkatkan daya saing industri pariwisata dan perhotelan Indonesia yang menerapkan prinsip pariwisata hijau.

Dalam konteks pariwisata, green economy erat kaitannya dengan penerapan green tourism dan green hotel, di mana pohon merupakan salah satu instrumen penting di dalamnya. Desakan masyarakat global tidak hanya pada green economy seperti terlihat pada KTT G20 di Roma, Italia, dua tahun lalu, tetapi juga pada green tourism, green product dan green consumer.

Oleh karena itu, green tourism dan green hotel yang dimaknai sebagai praktik bisnis perhotelan yang mempedulikan dampak bisnis terhadap lingkungan melalui pengurangan polusi, pengolahan limbah dan penghematan energi, menjadi semakin penting diintegrasikan dalam strategi bisnis.

komitmen industri

ASEAN Green Hotel Recognition Award misalnya, merupakan salah satu bukti komitmen industri perhotelan dalam impelementasi ASEAN Green Hotel Standard yang telah dirancang oleh negara anggota Asean pada 2007.

Beberapa kriteria untuk menjadi hotel ramah lingkungan antara lain, pemanfaatan dan penggunaan green products, kerja sama dengan masyarakat dan organisasi lokal, efisiensi energi dan air, kebijakan lingkungan dan aktivitas pengoperasian hotel, dan menajemen kualitas air.

Kedua, dalam pemilihan perjalanan wisata, tidak banyak orang yang memilih bepergian ke area taman nasional, cagar alam dan tempat lain yang menjadi pusat keanekaragaman hayati. Dengan kata lain, minimnya jumlah pengunjung yang mengakses destinasi yang memiliki keanekaragaman hayati, memiliki relevansi dengan perubahan peradaban pasca pandemi Covid-19.

Orang akan mendatangi tempat-tempat yang jarang didatangi orang, yang tidak berada di tengah kerumunan, lebih mencari pengalaman otentik serta memperhatikan aspek keamanan berwisata bagi kesehatan diri, keluarga dan komunitas. Di sinilah IKN berbasis ekowisata, sebagaimana disampaikan Kepala Badan Otorita IKN Bambang Susantono, memiliki relevansi dengan peradaban pasca­­pandemi Covid-19 dalam mendorong masyarakat mengunjungi destinasi ekowisata.

Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. Masyarakat internasional mengenal alam Indonesia salah satunya melalui menyelam. Banyak perairan di Indonesia yang dikenal keindahan alam bawah lautnya, seperti Raja Ampat, Halmahera, dan lainnya.

Indonesia juga tercatat sebagai negara mega-diversity (kenakeragaman hayati paling tinggi) terbesar kedua setelah Brazil. Sumber daya hayati pesisir dan lautan Indonesia sangat kaya, di antaranya, populasi ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis, terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove dan berbagai bentang alam pesisir atau coastal land­scape yang unik lainnya.

Namun, kekayaan tersebut mengalami ancaman pencurian dan pengeboman serta pembiusan satwa bawah laut yang datang sewaktu-waktu.

Perilaku etis pada setiap unsur di alam semesta harus menjadi bagian dan gaya hidup keseharian pasca-Covid-19.

Mengurangi penggunaan plastik, misalnya, merupakan bentuk praktis yang populer juga menjadi bagian dari peradaban saat ini. IKN benar-benar mempromosikan Indonesia sebagai negara yang melestarikan alam yang menjadi salah satu bagian inti ekowisata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Tekan Kasus Stunting, Remaja Putri di Sleman Diberi Edukasi

Sleman
| Selasa, 23 April 2024, 17:27 WIB

Advertisement

alt

Berikut Rangkaian Program Pilihan Keluarga Indonesia Paling di Hati, Hanya di MNCTV

Hiburan
| Selasa, 23 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement