Advertisement
OPINI: Peran Kunci Swasta dalam Penanganan Stunting
Advertisement
Di Indonesia, prevalensi stunting masih tergolong tinggi, sekitar 24,4% pada 2021. Hal ini dapat berimplikasi signifikan bagi potensi bonus demografis Indonesia pada 2030, maupun aspirasi ambisius “Indonesia Emas” pada 2045.
Untuk mencapai target prevalensi stunting sebesar 14% pada 2024, sangat penting bagi kita untuk mendisrupsi strategi konvensional dan mengadopsi program yang lebih komprehensif untuk menangani stunting di Indonesia.
Hal ini memerlukan sinergitas antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk mengatasi akar penyebab dari stunting dan memastikan bahwa semua anak Indonesia dapat mencapai potensi penuh mereka, baik secara fisik maupun intelektual.
Stunting adalah masalah kesehatan yang serius, tetapi bukan topik yang tergolong menarik bagi publik.
Buah dari upaya penanganan kita saat ini mungkin tidak segera terlihat, bahkan butuh waktu bertahun-tahun atau beberapa generasi kemudian. Tidak adanya gratifikasi instan ini yang membuat perolehan sumber daya dan dukungan untuk pencegahan dan tata laksana stunting menjadi sangat sulit, terutama dari sektor swasta.
Beberapa bulan lalu, penulis memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pertemuan antara Kementerian Kesehatan dengan para pelaku sektor swasta untuk membahas potensi public-private partnership (PPP) dalam penanganan stunting. Dalam masa kerja singkat di Kementerian Kesehatan sewaktu penanganan Covid-19 pada 2021, penulis ingat betapa antusiasnya partisipasi sektor swasta untuk terlibat dalam PPP untuk penanganan Covid-19.
Sayangnya, ketika pendekatan yang sama diterapkan pada isu stunting, antusiasme yang muncul tidak sebesar yang diharapkan. Minat pelaku sektor swasta untuk bermitra dengan pemerintah dalam penanganan stunting terlihat cukup minim.
PPP untuk penanganan Covid-19 nyatanya jauh lebih menarik dibandingkan dengan penanganan stunting. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, dampak langsung Covid-19 pada ekonomi dan pendapatan dari semua sektor bisnis terlihat nyata dan signifikan, sehingga mudah bagi perusahaan untuk melihat besarnya keuntungan jika terlibat dalam upaya penanganan pandemi. Sementara, dampak besar dari stunting, dalam hal hilangnya produktivitas dan peningkatan biaya kesehatan tingkat nasional, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat terlihat.
Kedua, bukan rahasia bahwa upaya corporate social responsibility, tidak semata-mata didasari komitmen nyata untuk mengatasi masalah sosial, melainkan juga didorong oleh keperluan branding atau kepentingan bisnis tertentu.
Penghargaan Simbolis
Karena kerja sama dengan sektor swasta tidak bisa sepenuhnya lepas dari kepentingan transaksional, pendekatan lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menawarkan penghargaan simbolis kepada perusahaan yang membuat kontribusi signifikan dalam penanganan stunting.
Penggunaan metode kompetisi sebagai cara untuk mendorong keterlibatan sektor swasta juga dapat menjadi pendekatan yang efektif.
Selama bekerja di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dua daerah dengan angka stunting yang tinggi di Indonesia, penulis melihat langsung betapa menantangnya permasalahan stunting di Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenjangan ekonomi.
Akar masalah stunting dari satu daerah dengan daerah lain sangat bervariasi, sehingga tidak ada solusi one-size-fits-all – melainkan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi spesifik di setiap wilayah. Oleh karena itu, untuk dapat memahami akar masalah dan menerapkan solusi yang tepat di setiap wilayah, diperlukan investasi dalam jumlah yang sangat besar, yang makin menekankan bahwa peran sektor swasta dalam pendanaan program sangat krusial.
Secara umum, saya meyakini bahwa PPP yang diajukan oleh Kementerian Kesehatan adalah inisiatif yang menjanjikan untuk mengatasi stunting.
Namun, penting untuk diingat bahwa melibatkan perusahaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial membutuhkan pemikiran yang strategis dan melihat dari sudut pandang bisnis.
Semoga dengan keterlibatan kolektif dan berkelanjutan baik dari pihak pemerintah maupun swasta, kita dapat menemui kemajuan yang signifikan dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting.
Nadhira Nuraini Afifa
Dokter, Sedang Menempuh Spesialis Gizi Klinik & Alumni Master of Public HealthHarvard University
BACA JUGA: Laptop Harga 6 Jutaan Terbaik, Mulai Axioo Mybook Hingga Acer Aspire
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
- Mudahkan Pelanggan! Bank Muamalat Mobile Layani Bayar PBB dan Pajak Kendaraan
- Polisi Semarang Selidiki Penemuan Mayat Pria Tanpa Identitas di Puri Anjasmoro
- Shin Tae-yong Diisukan akan Keluar dari Skuad Timnas, Kontraknya Habis Desember
- Shuttle Bus dari Terminal Tirtonadi ke Masjid Sheikh Zayed bakal Dievaluasi
Berita Pilihan
Advertisement

Berdiri di Lahan Sawah yang Dilindungi, Bangunan di Jogja Ini Disegel Satpol PP
Advertisement

Kenalkan! Kirana Aulia Meisya Putri asal Jogja yang Mewakili Indonesia dalam Ajang Miss Teen International 2023 di Thailand
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement