Advertisement

OPINI: Gengsi dan Impulsivity: Fenomena Selama Idulfitri

Vonezyo Yupanzara Dharomesz
Rabu, 26 April 2023 - 08:47 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Gengsi dan Impulsivity: Fenomena Selama Idulfitri Vonezyo Yupanzara Dharomesz - Dok. Pribadi

Advertisement

Tidak terasa satu bulan penuh momen Ramadan telah terlewati, yang akhirnya menuju ke puncak dari Ramadan yaitu Hari Raya Idulfitri. Meskipun momen Hari Raya Idulfitri juga sudah terlewati tetapi momen tersebut masih menjadi momen yang dirayakan oleh individu maupun kelompok masyarakat yang kaitannya adalah sebagai konsumen. Tentu hal ini merupakan momen yang tidak asing di masyarakat untuk turut serta merayakan Hari Raya Idulfitri.

Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai konsumen pasti menunjukkan sebuah pola konsumsi yang mungkin tidak baru lagi tetapi bisa saja malah berbeda dalam melakukan pembelian menjelang dan setelah Hari Raya Idulfitri. Aktivitas konsumsi atau pembelian konsumen, biasa disebut juga sebagai aktivitas berbelanja, terkadang dipengaruhi oleh beberapa hal yang disadari atau tidak disadari oleh konsumen itu sendiri. Beberapa konsumen juga menyebutnya sebagai sebuah tradisi.

Advertisement

Terlebih tradisi yang dilakukan khususnya pada momen Hari Raya Idulfitri. Sehingga sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi konsumen untuk membeli sesuatu untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tujuannya tak lain adalah mempersiapkan diri dan memenuhi kebutuhan untuk merayakan Hari Raya Idulfitri.

Tetapi tidak untuk menyambut Hari Raya Idulfitri, seringkali perilaku konsumen untuk membeli sesuatu masih terjadi setelah Hari Raya Idulfitri terlewati. Lalu, apa saja yang sering dibeli oleh konsumen tersebut selama momen Hari Raya Idulfitri? Mengutip dari GoodStats pada risetnya yang dirilis pada April 2023, konsumen cenderung membeli produk pakaian pada urutan pertama. Tentu pakaian merupakan suatu kebutuhan utama untuk merayakan Hari Raya Idulfitri. Menggunakan pakaian baru, mengikuti tren pakaian terkini, dan tampil menarik pada Hari Raya Idulfitri menjadi satu alasan yang wajar bagi konsumen untuk memutuskan membeli pakaian baru.

Selanjutnya di urutan kedua merupakan produk makanan dan minuman. Makanan dan minuman menjadi suguhan wajib untuk menjamu tamu ketika berkunjung dan silaturahmi dilakukan.

Tak hanya itu, di urutan selanjutnya adalah alas kaki yang masih mendukung konsumen untuk berpenampilan menarik pada Hari Raya Idulfitri. Tidak lupa juga mengenai hadiah atau parsel. Pada saat ini, sebutannya terkenal dengan nama hampers. Konsumen rela mengeluarkan pengeluaran berlebih dalam mempersiapkan hampers tersebut dan dibagikan ke beberapa saudara, teman, atau koleganya.

Hal ini merupakan sebuah hal yang sangat normal bagi konsumen yang menjadi sisi antusiasnya pada momen Hari Raya Idulfitri. Berbelanja selama Hari Raya Idulfitri merupakan suatu aktivitas yang disukai oleh konsumen pada umumnya. Terlebih momen ini seringkali memberikan penawaran yang terbaik untuk konsumen seperti promo, diskon, bonus dan lain sebagainya. Sehingga sangat menarik bagi konsumen untuk tidak melewatkannya.

Fenomena Hari Raya Idulfitri menyebabkan konsumsi konsumen menjadi berlebih dalam berbelanja yang mengarahkan ke perilaku konsumtif seperti gengsi maupun impulsif.

Menyadari bahwa perilaku gengsi sudah ramah terdengar di telinga masyarakat khususnya sering terjadi selama Hari Raya Idulfitri. Tujuannya adalah sebagai pembentukan identitas dan keberadaan diri seorang konsumen tersebut di tengah masyarakat.

Berpakaian trendi, menggunakan barang-barang yang menarik perhatian orang lain menjadi sebuah visualisasi dari hal tersebut. Pun menjadi sebuah perilaku yang tidak didasarkan kebutuhan utama konsumen saja tetapi hanya karena terdapat sebuah kebanggaan diri untuk terlihat lebih berkesan dan prestise. Melihat fenomena pembelian konsumen tersebut, terdapat contoh nyata seperti tren memberikan hampers kepada saudara, teman, atau kolega sebelum maupun sesudah Hari Raya Idulfitri.

Tren ini berjalan cukup lama tentunya di masyarakat. Tidak dipungkiri tren tersebut juga mengarahkan kembali konsumen tersebut untuk menjadi gengsi apabila tidak melakukannya. Apabila tidak mengikuti tren tersebut, konsumen merasa tertinggal dan kehilangan keberadaannya di tengah masyarakat.

Meskipun sebenarnya tidak semua konsumen mengikuti tren tersebut hanya untuk gengsi, melainkan untuk bentuk apresiasi kepada orang lain.

Selain gengsi, konsumen juga memiliki kecenderungan untuk berperilaku impulsif pada Hari Raya Idulfitri. Kecenderungan konsumen untuk membeli atau berbelanja dengan spontan atau tidak direncanakan. Pembelian tidak terduga seperti ini menjadi kesukaan bagi konsumen karena biasanya membuatnya lebih senang dan puas setelah berbelanja. Terlebih pada momen Lebaran, konsumen pasti memiliki hasrat untuk berbelanja berlebih dengan beberapa penawaran menarik seperti promo, diskon, bonus dan lain sebagainya.

Konsumen berpikir akan rugi jika tidak membelinya pada saat itu juga, atau membutuhkan waktu dan energi lebih banyak lagi untuk membelinya di lain hari. Perilaku impulsif selama Lebaran menjadi perilaku yang sering terjadi kepada konsumen karena terdapat euforia pada momen tersebut ketika berbelanja.

Fenomena konsumsi yang semula terkesan biasa saja karena adanya momen tertentu khususnya pada Hari Raya Idulfitri dapat memberikan dampak negatif bagi konsumen apabila mengarahkan konsumen kepada perilaku gengsi dan impulsif.

Perilaku pembeliannya tidak didasari oleh kebutuhan utama, melainkan hanya sebuah emosi sesaat yang disertakan pada pola pembeliannya. Pengaruhnya berasal dari beberapa hal. Seperti pengaruh sosial, kelompok, dan tren. Pengaruh sosial menjadi sebuah alasan konsumen untuk bisa tampil beda dan diapresiasi oleh orang lain dengan membeli sesuatu produk untuk ditunjukkan.

Terlebih pada momen Hari Raya Idulfitri, pengaruh sosial sangat kuat terjadi. Seperti pada momen berkumpul dengan keluarga, saudara, teman, dan lain sebagainya. Selain itu juga terdapat pengaruh kelompok.

Disebut juga sebagai peer pressure yaitu sebuah tekanan dari kelompok untuk mempengaruhi konsumen untuk melakukan hal yang sama dengan kelompok tersebut. Hal ini merupakan kondisi konsumen di tengah kelompok tersebut yang akhirnya membuatnya memutuskan untuk memiliki pola konsumsi yang serupa.

Tren, yang sangat akrab di masyarakat saat ini. Adanya teknologi canggih membuat tren merebak dengan cepat dan mempengaruhi perilaku konsumen dalam berbelanja. Akhirnya membuat konsumen seringkali memutuskan untuk tidak meninjau kembali tren tersebut dan hanya mengikutinya.

Perilaku gengsi dan impulsif dapat dihindari atau dimimalisir oleh konsumen. Konsumen dapat memahami suatu momen tertentu untuk memutuskan perilaku pembeliannya khususnya pada momen sebelum dan sesudah Hari Raya Idulfitri.

Misalnya dengan mengatur pola belanja yang lebih terstruktur atau terprogram, memiliki anggaran belanja yang rinci pada kebutuhan tertentu, dan tidak mudah untuk memenuhi hasrat belanja yang sifatnya tidak terencana atau sesaat.

Vonezyo Yupanzara Dharomesz

Dosen Prodi Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, UAJY

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Dipanggil Teman oleh Bocah Berusia 2 Tahun, Beyonce Kirim Bunga Cantik Ini

Hiburan
| Kamis, 25 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement