Advertisement

OPINI: Optimisme Indonesia di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi Dunia

Aloysia Yanti Ardiati , Dosen Departemen Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Rabu, 12 Juli 2023 - 23:37 WIB
Maya Herawati
OPINI: Optimisme Indonesia di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi Dunia Aloysia Yanti Ardiati, Dosen Departemen Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Advertisement

JOGJA—Memasuki 2023 banyak pengamat yang khawatir ekonomi Indonesia akan mengalami resesi. Bank Dunia (World Bank) memprediksi resesi global akan terjadi pada 2023. Sinyal tersebut terlihat ketika bank-bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi yang memanas.

Namun, tidak sedikit pula yang optimis Indonesia akan bebas atau tidak akan terkena resesi ekonomi seperti dikhawatirkan sejumlah pengamat. Presiden Jokowi dalam suatu pernyataannya menyebutkan tahun 2023 adalah tahun ujian, namun Presiden optimis bahwa Indonesia akan mampu melaluinya. Optimisme tersebut diyakini karena Indonesia mampu melalui tahun 2022 yang disebut sebagai tahun turbulensi.

Advertisement

Penulis sendiri masuk dalam kelompok yang optimistis Indonesia tidak akan mengalami resesi ekonomi. Mengapa? Karena ada sejumlah alasan yang menguatkan optimisme bahwa Indonesia tidak akan mengalami resesi ekonomi.

Ketika dilanda pandemi Covid-19 sejak Maret 2020, kondisi ekonomi Indonesia baik-baik saja meski sempat mengalami kontraksi dengan pertumbuhan yang minus di bawah nol persen. Namun pertumbuhan minus itu tidak berlangsung lama dan kemudian tumbuh positif hingga saat ini.

Sejak awal-awal pandemi Covid-19 perhatian pemerintah, termasuk alokasi anggaran, lebih banyak dialihkan untuk penanganan masalah kesehatan. Sebagian besar anggaran dialihkan untuk mengendalikan Covid-19, seperti pembelian vaksin, membiayai perawatan korban Covid-19 dan sebagainya sehingga nyaris mengabaikan masalah ekonomi. Namun, faktanya ekonomi Indonesia tidak ambruk bahkan tumbuh positif hingga sekarang. Pertumbuhan yang positif ini terjadi di tengah banyak negara di dunia mengalami pertumbuhan negatif dan inflasi yang tinggi.

Ketika pandemi Covid-19 mulai mereda bahkan pada 30 Desember 2022, pemerintah melalui Presiden Joko Widodo memutuskan untuk menghapus kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), kondisi ekonomi Indonesia terus membaik. Pelaku bisnis dan masyarakat sudah bebas melakukan aktivitas tanpa pembatasan sehingga roda ekonomi terus bergerak. Sektor pariwisata mulai berjalan normal, hotel-hotel dan objek wisata dipadati pengunjung, sekolah-sekolah dan kampus-kampus sudah mulai berjalan normal.

Dengan meredanya pandemi Covid-19-bahkan sudah masuk fase endemi- perhatian pemerintah akan fokus pada penanganan masalah ekonomi. Hal ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 tetap positif atau baik meski ada ancaman krisis ekonomi dunia.

BACA JUGA: 9 Strategi Ini Akan Dilakukan Menteri Pertanian Hadapi Dampak El Nino

Optimisme ini berdasarkan sejumlah indikator antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini yang tetap tinggi 5 persen lebih di tengah kondisi ekonomi negara-negara maju yang mengalami krisis. Selain itu, inflasi Indonesia yang relatif rendah, nilai ekspor yang baik meski turun dan sejumlah indikator lainnya.

Menurut data BPS, inflasi November 2022 tercatat sebesar 5,42% (yoy), menurun dibanding inflasi bulan Oktober 2022 sebesar 5,71% (yoy). Dengan data tersebut maka tidak ada alasan bagi Indonesia untuk khawatir akan mengalami resesi seperti diramalkan sejumlah kalangan karena fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat.

Ekonomi Domestik

Kekhawatiran sejumlah pihak akan kondisi ekonomi Indonesia mengalami resesi pada 2023 karena lebih melihat pada kondisi ekonomi global atau negara-negara maju. Banyak negara yang mengalami krisis bahkan terancam resesi.

Menurut Presiden Joko Widodo pada ulang tahun ke-50 PDI Perjuangan, 10 Januari 2023, sebanyak 16 negara yang sudah menjadi pasien IMF dan 30 negara lainnya sedang antre menjadi pasien IMF. Itu berarti ancaman krisis ekonomi global sudah nyata dan bukan tidak mungkin akan berdampak pada ekonomi Indonesia.

Namun, dengan fundamental ekonomi domestik Indonesia yang kuat, maka krisis ekonomi global tidak terlalu berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia. Kalau pun pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat, namun tidak sampai ambruk atau resesi.

Ada sejumlah indikator yang membuat ekonomi Indonesia tetap optimis tumbuh positif tahun 2023. Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam berbagai kesempatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia trennya positif, anggaran surplus hingga September 2022, inflasi yang relatif rendah, konsumsi yang meningkat, dana bank yang disalurkan ke sektor usaha yang tinggi.

Sejumlah indikator tersebut menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat sehingga tidak ada alasan untuk pesimistis atau khawatir ekonomi Indonesia mengalami krisis apalagi resesi seperti diprediksi sejumlah pihak.

 

Sementara menurut Robby Kusumaharta, Wakil Ketua Kadin DIY, dalam sebuah forum diskusi ekonomi tahun 2022, modal dasar yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia positif, termasuk DIY, adalah karena pasar yang besar dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia, letak geografis yang strategis sebagai jalur perdagangan dunia (Eropa-Asia Timur), sumber daya manusia dan sumber daya alam yang melimpah sebagai bonus demografi dan kaya mineral serta adanya kepercayaan (trust) dari dunia luar dengan ditunjuknya Indonesia sebagai Presidensi G20 dan keketuaan ASEAN.

Karena itu, menurut hemat penulis, untuk menghadapi krisis ekonomi global agar tidak berimbas pada ekonomi Indonesia, maka perlu memperkuat pasar domestik dengan meningkatkan daya beli masyarakat. Bantuan sosial (bansos) untuk golongan tidak mampu perlu dipertahankan sampai kondisi ekonomi global membaik. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama golongan tidak mampu.

Selain itu, terus mendorong ekspor produk unggulan seperti nikel, bauksit, batu bara, minyak sawit dan sebagainya untuk meningkatkan devisa negara. Upaya lain yang dilakukan adalah menarik sebanyak mungkin investor masuk ke Indonesia guna membuka lapangan kerja yang lebih luas demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Keberangkatan Bus Damri Tujuan Jogja-Bandara YIA dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 22 September 2023, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Yonghwa Titip Salam untuk "Mantan Istri", Seohyun

Hiburan
| Rabu, 20 September 2023, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement