Advertisement

Promo November

Kuliner Lokal Mendunia, Minim Insentif

Ahmad Djauhar
Senin, 21 Agustus 2023 - 07:17 WIB
Arief Junianto
Kuliner Lokal Mendunia, Minim Insentif Ilustrasi gudeg. - Harian Jogja

Advertisement

Suatu ketika, setelah saya menghadiri konferensi tahunan UNESCO di markas besar organisasi itu di Paris, karena memiliki waktu cukup longgar, saya mengunjungi Budapest, Hongaria. Dari sebuah kamar hotel, saya melongok keluar melihat koridor kota yang cukup ramai di siang hari.

Entah karena dejavu ataukah rasa capai setelah menempuh perjalanan panjang mengunjungi sejumlah negara di Eropa Timur, saya membayangkan bahwa larut malam nanti mungkin dapat menjumpai sejumlah warung makan kelas UKM—seperti halnya bila di Indonesia.

Advertisement

Memang, saat mencari makan malam, ada sejumlah food stall di titik keramaian kota. Mereka menggunakan semacam tenda dan sejumlah meja kursi non permanen. Umumnya, mereka berjualan dari food truck yang mereka parkir di lokasi yang memang disediakan untuk itu.

Sayangnya, begitu waktu menunjukkan pukul 21.00 waktu setempat, berbagai food stall tadi sudah menutup lapak mereka. Apatah lagi tengah malam membayangkan adanya angkringan di tengah kota Budapest, ibarat menggantang asap. Tidak pernah ada.

Bila sudah demikian halnya, rasa syukur tak habis-habisnya langsung menyelimuti perasaan bahwa kenikmatan hidup di Indonesia ternyata tiada tara. Hampir di mana pun di seluruh kota besar di Indonesia, ketika rasa lapar menyerbu di tengah malam, kita dengan mudah dapat menjumpai penjual makanan yang murah meriah. Terlebih di kota menengah seperti Jogja, Solo, Bandung, dan sebagainya. Mau cari warung wong cilik model angkringan, hingga semi-fine dining kelas emperan: tukang bakso, bakmi ayam, atau yang lain sebagainya.

Sayangnya, sekali lagi sayangnya, model yang seperti ini hanya ada di Indonesia. Dan sayang sekali pula, model warung kelas menengah seperti Ayam Goreng Suharti, Bebek Kaleyo, atau Gudeg Yu Djum juga tidak buka pada tengah malam. Sementara gerai makanan eks asing seperti McD, KFC, dan Subway buka 24 jam tanpa jeda.

Lokal Mengglobal

Di era Internet ini, sejumlah kuliner lokal dari Indonesia ikutan mendunia, seiring dengan pengaruh media sosial dan persebaran informasi oleh lembaga penyiaran global. Beberapa kuliner yang kita kenal sehari-hari pun turut terkerek ‘wibawanya’ ke fora internasional. Rendang, misalnya, makanan khas dari daerah Sumatra Barat itu sempat meraih posisi atas dalam daftar 50 makanan dunia terenak versi CNN Internasional pada 2011. Rendang merupakan makanan yang dibuat dari daging serta bumbu dari rempah-rempah asli Indonesia.

Kuliner lokal lainnya yang juga mendunia adalah gado-gado. Makanan khas Jawa yang terdiri dari rebusan sayur-mayur ditambah potongan telur, taburan bawang goreng, dan guyuran bumbu kacang tanah ini boleh disebut selada (salad) versi Indonesia.

Walau sederhana, makanan khas Indonesia satu ini bukan makanan sembarangan, sebab kuliner khas Indonesia yang satu ini sempat menjuarai peringkat pertama kategori tampilan sajian estetika di perlombaan memasak internasional yang dilangsungkan di Napoli, Italia, pada 2010. Selain estetika sajian, gado-gado juga dinilai unik dari sisi bahan yang digunakan dan cita rasanya.

Kuliner khas Indonesia yang mengglobal lainnya adalah soto. Konon, terdapat hingga 70 variasi soto di seluruh Indonesia, seperti soto Betawi, soto Kudus, coto Makassar, soto ayam, soto sapi, hingga soto babat. Pada dasarnya, makanan berkuah ini terdiri dari beragam isian yang dibanjiri kuah dengan rempah-rempah.

Kuliner soto tak hanya menjadi favorit masyarakat Indonesia tapi makanan ternama dunia. Salah satu penggemar makanan soto di luar Indonesia adalah masyarakat Ibaraki, Jepang. Lewat festival makanan yang sering diadakan di Ibaraki, masyarakat Jepang berkenalan dengan makanan khas Indonesia satu ini yang dibawa oleh beberapa pelajar asal Indonesia yang bermukim di sana. Tak heran masyarakat Jepang menggemari kuliner kita yang satu ini, karena cita rasa soto tak usah diragukan lagi kesegarannya. Selain itu, soto juga cocok disantap ketika udara dingin.

Satu lagi kuliner khas Indonesia yang mendunia adalah Gudeg, Makanan khas Indonesia dengan cita rasa manis asal Yogyakarta ini sering disebut sebagai semur manis nangka muda dan menjadi favorit masyarakat internasional berkat cita rasa unik. Saking favoritnya di kalangan penyuka kuliner internasional, banyak negara yang ingin mengimpor makanan khas Indonesia ini dalam bentuk kalengan, dan bermunculan pula restoran yang menyajikan menu gudeg di sejumlah kota dunia.

Berikutnya, tempe tertera di tempat terhormat dalam daftar kuliner khas Indonesia yang mendunia. Bahan makanan yang terbuat dari fermentasi kacang kedelai ini dikenal mudah diolah dan disajikan dengan berbagai variasi. Di luar Indonesia, tempe digemari secara luas oleh masyarakat Jepang berkat upaya seorang pebisnis tempe, Rustomo, yang memperkenalkan makanan khas tersebut. Selain di Jepang, tempe juga menjadi bahan olahan makanan favorit para vegetarian di Eropa dan Amerika Serikat karena mengandung protein nabati, serat, dan banyak probiotik yang bagus untuk menjaga kesehatan.

Kuliner khas Indonesia lain yang berhasil mencuri perhatian khalayak internasional adalah bakso. Makanan berkuah yang dapat ditemukan di hampir setiap wilayah di Indonesia ini terdiri dari bola daging, kuah kaldu, dan isian mi. Walau memiliki versi mereka sendiri, masyarakat Tiongkok sangat menggemari makanan yang satu ini karena berbeda dengan bakso di negeri Tirai Bambu itu. Hidangan bakso versi Indonesia dibuat dari daging sapi dan sering disajikan dengan gorengan sebagai pelengkap. Tak hanya masyarakat Tiongkok, hidangan bakso juga menjadi kuliner favorit mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

Item lain dalam daftar kuliner khas Indonesia yang mendunia adalah satai. Makanan khas Indonesia berbahan dasar daging yang dibakar dan disajikan dengan beragam jenis bumbu ini tak hanya menjadi favorit masyarakat Indonesia, tapi juga menjadi kegemaran masyarakat di luar negeri. Hal ini ditandai dengan munculnya sejumlah restoran yang memasukkan hidangan satai ke dalam menunya seperti Satay Junction yang terletak di New York.

Minim insentif

Ditopang oleh jumlah diaspora Indonesia di seluruh dunia yang kian meningkat, rasanya dalam waktu tidak lama lagi bila kita bepergian ke luar negeri, akan dengan mudah menjumpai rastoran/warung Indonesia. Beberapa tahun terakhir, kuliner Indonesia belum seterkenal restoran masakan Jepang, China, Thailand, atau bahkan retoran Vietnam.

Merujuk pada laporan Travel & Tourism Competitiveness Index 2023 (TTCR), Indonesia berada pada posisi 32 dari 140 negara; sementara Thailand ‘sedikit’ di atas, yakni pada posisi 30. Untuk hal ini, Thailand dianggap menjunjung tinggi kualitas dan kebersihan.

Kemudahan bagi pelaku usaha Thailand, untuk membuka restoran di luar negeri ternyata disertai dengan pemberian insentif dari pemerintah Negeri Gajah Putih itu, baik untuk orang Thailand ataupun bukan. Kebijakan seperti ini tentu patut dicontoh oleh Indonesia, yang relatif minim dalam hal pemberian insentif bagi mereka yang membuka restoran masakan Indonesia di luar negeri.

Pemerintah Negeri Siam beranggapan maraknya keberadaan restoran Thailand di sejumlah negara dianggap mampu mengambil peran sebagai duta budaya, sehingga mereka bisa memberikan informasi banyak hal tentang Thailand.

Terkait dengan diplomasi kuliner ini, konon Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi beberapa tahun silam memfasilitasi tiga program sebagai sinergi rencana aksi para pemangku kepentingan, termasuk lintas kementerian dan lembaga terkait.

Ketiganya adalah Indonesia Spice Up the World untuk merambah pasar kuliner mulai dari kawasan Afrika dan Australia yang berpotensi besar; Destinasi Gastronomi, menguatkan sektor kuliner di dalam negeri; dan Gastrodiplomacy Restaurant, meningkatkan citra bangsa.

Sejauh mana perjalanan program itu hingga kini, belum banyak terdengar. Karena mungkin menterinya terlalu sibuk ngurus segala sesuatu di negeri ini, sampai-sampai dijuluki sebagai Menko Segala Urusan. Begitukah?

Ahmad Djauhar

Ketua Dewan Redaksi Harian Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Akan Dipulangkan ke Filipina, Begini Ungkapan Mary Jane Veloso

Gunungkidul
| Kamis, 21 November 2024, 13:07 WIB

Advertisement

alt

Hanya Satu Hari, Film The Last Dance Jadi Box Office di Hong Kong

Hiburan
| Rabu, 20 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement