Advertisement
OPINI: Organisasi Antifragile

Advertisement
Setiap orang atau organisasi dalam mengarungi kehidupan ini pasti pernah mengalami guncangan, mereka yang mampu mengambil manfaat dari guncangan, mereka justru berkembang dan tumbuh ketika terkena fluktuasi, keacakan, gangguan, stres, petualangan cinta, risiko, dan ketidakpastian.
Fenomena itu bisa terjadi di mana-mana, situasi rapuh, dan jika kita bisa memanfaatkan maka saya menyebutnya “antifragile”. Antifragility berada di luar ketahanan atau ketahanan menahan guncangan dan tetap sama; antifragile menjadi lebih baik.
Advertisement
Kerapuhan menyiratkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan, sama dengan lebih banyak sisi negatif daripada sisi positif, sama dengan asimetri yang tidak menguntungkan. Sedangkan Antifragilitas menyiratkan lebih banyak untung daripada rugi, sama dengan lebih banyak sisi positif daripada sisi negatifnya, sama dengan asimetri yang menguntungkan.
Taleb dalam bukunya Antifragile menunjukkan dikotomi antara garis pekerjaan tertentu dan kerapuhannya. Sebagai contoh, jika Anda adalah eksekutif di bank, Anda memukul seorang pemabuk yang mengganggu di sebuah bar, Anda kemungkinan besar akan dipecat, mendapatkan catatan penangkapan, dan tidak dapat dipekerjakan. Anda sangat rapuh. Orang yang tampaknya tidak peduli bagaimana mereka berpakaian adalah antirapuh, sedangkan orang yang harus mengenakan jas dan dasi, khawatir tentang reputasi buruk, itu “rapuh”.
Tantangan dunia pendidikan yaitu kurikulum yang disajikan begitu padatnya (gado-gado), ditambah semakin banyak jumlah dosen yang usianya di bawah 30 tahun (generasi milenial) yang belum memiliki pengalaman namun memiliki segudang inovasi. Untuk mendukung program pemerintah diperlukan manajemen kurikulum transdisipliner yang dinamis, fleksibel dan mengandalkan integrasi siber dan physical system. Untuk memenuhi hal tersebut maka, pertama, dibutuhkan pergeseran paradigma, yaitu setiap pendidik harus memiliki minimal kompetensi sesuai tuntutan yaitu innovation, collaboration, communication, analytical thinking, computing logic, compassion dan agility.
Kedua, perubahan kepemimpinan menjadi kepemimpinan yang melayani sehingga menciptakan budaya baru yang bertitik tolak pada kebutuhan end user yaitu mahasiswa. Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, gaya kepemimpinan bisa menjadi sangat efektif apabila para pemimpin sebagai leader as a coach. Untuk menghadapi generasi saat ini yang dibutuhkan tantangan, kolaborasi dan inovasi, maka gaya kepemimpinan melayani yang menggunakan teknik coaching, mampu menjembati kebutuhan tersebut.
Dunia pendidikan sudah saatnya menggunakan program coaching (lecturer as a coach) untuk meningkatkan kemampuan pendidik mendampingi para mahasiswa, sehingga mampu memberdayakan, mengoptimalkan mahasiswa untuk menemukan hal-hal yang baru dan dapat diimplementasikan.
Ketiga, dunia pendidikan harus berani melakukan penanaman ulang budaya organisasi (kontekstualisasi budaya organisasi) supaya dapat mengikat dan menarik pendidik milenial. Budaya baru yaitu budaya feedback, keterbukaan dan kolaborasi agar terjadi sinergi dan kinerja tinggi antara tenaga pendidik dan kependidikan yang baru (generasi milenial) dan yang lama (gen X atau baby boomers). Generasi milenial yang selalu memiliki pikiran serba cepat dan kompetitif, harus diwadahi agar kemampuannya mudah diintegrasikan, diberdayakan dan diselaraskan.
Keempat, integrasi sumber daya manusia sebagai landasan integrasi sistem teknologi. Sering terbalik, lembaga lebih dahulu menerapkan integrasi sistem teknologi sebelum memersiapkan sumber daya manusianya. Seringkali diumpamakan sebuah kapal layar yang layarnya diganti dengan mesin, namun badan kapalnya masih sama dan para awaknya masih mengandalkan angin dalam berlayar.
Mempersiapkan sumber daya manusia dengan cara menggali ide-ide yang ada pada setiap pendidik dan dikembangkan, baik dari sisi kompetensi dan karakternya. Tenaga-tenaga muda yang potensial dalam masing-masing bidang sangat mudah untuk diintegrasikan dengan sistem teknologi. Generasi milenial adalah pencipta dan pelaku-pelaku perubahan, hanya saja mereka belum andal melakukan integrasi dan penyelarasan dalam sebuah manajemen global.
Melakukan transformasi pendidikan di Indonesia sama dengan melakukan transformasi sumber daya manusia, dimana pada saat ini dengan kompleksitas kehidupan dan lapangan kerja menuntut lulusan multi-skills (multi talent). Untuk melakukan proses transformasi saya meminjam bahasa Dave Ulrich yaitu “The Outside In” artinya apa yang menjadi kebutuhan masyarakat (dunia usaha) menjadi titik tolak memperbaharui sistem dalam pendidikan kita.
Transformasi Pendidikan
Model yang perlu dikembangkan dalam melakukan transformasi pendidikan yaitu 1) Memahami Business Context (hal ini berbicara tentang why). 2) Outcomes yang didapatkan dari Business-nya (maka what menjadi penting). 3) Langkah selanjutnya Redesign organisasi (tindakan yang penting, how). 4) Proses selanjutnya supaya berkesinambungan yaitu Accountabiliy (who)
Oleh karen itu, kebutuhan pendidikan di Indonesia harus diselaraskan dengan kebutuhan industri sehingga tidak terjadi pengangguran intelektual. Sudah waktunya pendidikan di Indonesia bagaikan kita membeli kopi di Starbuck yang bisa meracik sendiri dan menikmati kenikmatan kopi, para penjual hanya menjadi konsultan saja dalam meracik kopi menjadi minuman nikmat. Turbulance yang terjadi di perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, yaitu menurunnya jumlah mahasiswa maka diperlukan para pemimpin menyikapi dengan melakukan transformasi organisasi menggunakan model “The Outside In”, tuntutan dunia luar seperti apa, jadikan material redesign untuk melakukan perubahan. Selamat menjadi change of agent dan change champion agar organisasi Anda Antifragile.
Pramudianto
Dosen Praktisi dan Kepala Pusat Pengembangan Bisnis dan Ekonomi Fakultas Bisnis dan Ekonomika UAJY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gratifikasi dan Ketidakjujuran Akademik Masih Membayangi Dunia Pendidikan
- HIKMAH RAMADAN: Tasamuh Sesama Muslim dalam Perbedaan Gerakan Salat
- HIKMAH RAMADAN: Merangkul Duka, Menemukan Cahaya
- HIKMAH RAMADAN: Meningkatkan Keterampilan Regulasi Emosi Anak saat Ramadan
- HIKMAH RAMADAN: Lansia Sehat, Berilmu, Bertaqwa, dan Bahagia
Advertisement

Tim Hukum Pemkab Bantul Dampingi Pengusutan Kasus Tanah Keluarga Bryan
Advertisement

Polisi Sebut Artis Jonathan Frizzy 6 Kali Transaksi Liquid Vape Berisi Obat Keras
Advertisement
Advertisement