Advertisement

OPINI: Ancaman terhadap Pertumbuhan Ekonomi 2024

Y. Sri Susilo
Senin, 11 Desember 2023 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Ancaman terhadap Pertumbuhan Ekonomi 2024 Y. Sri Susilo - Dok. Pribadi

Advertisement

Pemerintah Republik Indonesia, Bank Indonesia (BI) dan berbagai lembaga internasional (World Bank/Bank Dunia, Asian Development Bank/ADB dan International Monetary Fund/IMF) telah mengeluarkan hasil proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2024. Bank Dunia (2023) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sebesar 4,9% (year on year/yoy). Perkiraan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan Bank Dunia tahun ini sebesar 5,0% (yoy).
Kemudian ADB (2023) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 sebesar 5,0% (yoy). Perkiraan atau proyeksi tersebut sama dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2023. Menurut ADB, salah penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan karena tahun politik sehingga dapat  menghambat kinerja investasi asing.
Lembaga IMF (2023) juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 sebesar 5,0% (yoy) atau sama dengan proyeksi 2023. Dalam laporan World Economic Outlook (edisi Oktober 2023), IMF melihat masih ada dampak dari ketidakpastian global yang salah satunya datang dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
BI (2023) memperkirakan ekonomi Indonesia akan terus membaik pada 2024 didukung oleh kuatnya permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi pada 2024 diprediksi kisaran 4,5% - 5,%. Selanjutnya Pemerintah Indonesia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2024 sebesar 5,2%.
Ancaman Pertumbuhan
Dari berbagai studi empiris di Indonesia maupun negara lain telah terbukti pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor atau variabel sisi permintaan maupun sisi penawaran. Proyeksi IMF (2023) menegaskan pertumbuhan 2024 itu lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya. Pada Juli 2023, IMF sempat memperkirakan pertumbuhan global tahun depan bisa mencapai 3%. Kemudian IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,9%. Proyek pertumbuhan ekonomi global tersebut tentu sedikit banyak berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
IMF (2023) menyatakan sejumlah faktor yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi global. Pertama, krisis real estate di Tiongkok yang semakin parah dapat berdampak negatif terhadap perekonomian atau pertumbuhan ekonomi global. Jika harga real estate turun terlalu cepat maka neraca perbankan akan memburuk dan selanjutnya menimbulkan dampak finansial. Krisis tersebut juga berdampak terganggunya peluang investasi di sektor lain, pengurangan kegiatan konstruksi baru, dan menurunnya penjualan.
Kedua, harga komoditas yang berfluktuatif karena ketegangan politik dan gangguan perubahan iklim. Gejolak harga komoditas tersebut juga berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi global. Untuk diketahui, saat ini harga minyak bumi sudah naik sekitar 25%.  Hal tersebut disebutkan karena pemangkasan pasokan dari produsen, termasuk OPEC. Di samping itu, harga pangan masih tetap tinggi. Kedua hal tersebut dampak dari kondisi gejolak politik, baik di Timur Tengah maupun perang Rusia-Ukrania. Kondisi tersebut juga menjadikan pasokan berkurang dan biaya distribusi antarwilayah atau antarkawasan melonjak sehingga ujungnya harga komositas melonjak.
Sebagai mitra ekonomi Indonesia, kelesuan perekonomian Tiongkok akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024. Estimasi Bank Dunia (2023), akan terjadi  pengurangan hampir 0,1% poin terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia jika perekonomian China melemah pada tahun depan.
Ketiga, banyak pihak memperkirakan tahun politik sedikit banyak akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024. Tahun politik (pilpres, pileg dan pilkada) menjadikan sebagian (calon) investor  untuk bersikap menunggu dan melihat (wait and see). Jika pemilu berjalan lancar dan aman maka tekanan terhadap perekonomian, termasuk pertumbuhan ekonomi juga berkurang atau tidak signifikan. Perlu dicatat, pertumbuhan ekonomi membutuhkan dukungan kondisi stabilitas politik, sosial dan ekonomi.
Optimistis
Dengan tetap memperhatikan ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut, nampaknya Pemerintah Indonesia dan BI tetap optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024. Sikap optimistis tersebut juga didukung oleh Organization for Economic Co-operation and Development/OECD (2023) yang menyatakan memperkirakan ekonomi Indonesia tahun depan akan tumbuh 5,2% (yoy). Proyeksi tersebut lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan ekonomi 2023 yang sebesar 4,9% (yoy).
Perkiraan tersebut didasarkan pada tingkat inflasi yang melandai di Indonesia, sehingga menjadi daya dukung bagi pertumbuhan permintaan dalam negeri dan berujung mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sikap optimistis OECD tersebut selaras dengan sikap optimis BI. Menurut BI (2023), perbaikan ekonomi pada 2024 berlanjut terutama didorong oleh permintaan domestik sejalan dengan rencana kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN), penyelenggaraan pemilu, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Selanjutnya jika dilihat dari volume perdagangan dunia diperkirakan juga mulai lebih baik atau pulih, meningkat dari 2,4% pada 2023 menjadi tumbuh 3,5% pada tahun 2024. Kondisi tersebut dapat menaikkan ekspor dan mendorong  pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal lain adalah dengan terkendalinya inflasi maka daya beli atau konsumsi masyarakat tetap terjaga. Konsumsi masyarakat merupakan salah satu motor pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, kontribusi konsumsi mencapai 2,77% dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17% pada Triwulan II-2023 (BPS, 2023).
Perkiraan atau proyeksi pertumbuhan pada umumnya didasarkan pada sejumlah asumsi. Jika asumsi tersebut terpenuhi maka proyeksi tersebut angkanya mendekati realitas dan sebaliknya. Sebagai contoh, poyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2020. Dipastikan seluruh lembaga dan pemerintah tentu tidak mengira akan terjadi Pandemi Covid-19, sehingga perkiraan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksi tumbuh positif yang terjadi justru sebaliknya. Penulis sendiri berharap perekonomian ekonomi Indonesia tahun 2024 setidaknya tumbuh minimal 5%.
Y. Sri Susilo
Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY, Pengurus Pusat ISEI dan Pengurus KADIN DIY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Plengkung Gading Jogja Masih Ditutup untuk Renovasi, Ini Penampakan Terbarunya

Jogja
| Jum'at, 09 Mei 2025, 14:57 WIB

Advertisement

alt

Polisi Sebut Artis Jonathan Frizzy 6 Kali Transaksi Liquid Vape Berisi Obat Keras

Hiburan
| Rabu, 07 Mei 2025, 12:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement