Advertisement

OPINI: Paylater, Pisau Bermata Dua

Rustiana
Kamis, 21 Desember 2023 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Paylater, Pisau Bermata Dua Rustiana - Dok. Pribadi

Advertisement

Paylater merupakan salah satu metode pembayaran digital yang sangat populer di kalangan masyarakat dalam transaksi e-commerce, karena membuat belanja online lebih mudah. Konsumen dapat menggunakan paylater untuk membayar barang atau jasa yang mereka inginkan. Kemudian konsumen membayar di kemudian hari, biasanya dalam jangka waktu 30 - 60 hari atau mencicil selama periode waktu tertentu.

Memasuki Desember, saat liburan tiba. Para produsen berlomba-lomba menawarkan barang atau jasa dengan harga lebih murah, yang bertujuan menarik konsumen untuk membeli lebih banyak. Situasi ini akan meningkatkan kecenderungan konsumen untuk menggunakan paylater dalam mendapatkan tawaran menarik dari produsen. Dengan program pemakaian paylater ini, konsumen dapat menjadi lebih loyal terhadap produk yang dibeli satu kali dan berulang kali. Paylater ini tidak hanya praktis dan mudah digunakan, tetapi juga instan, terintegrasi dengan berbagai platform e-commerce untuk membantu konsumen melakukan transaksi melalui smartphone.

Advertisement

Selama tiga tahun terakhir, tren pengguna paylater telah meningkat, dan semakin banyak bisnis yang menawarkan layanan "beli sekarang bayar belakangan". Delapan merek pembayaran paylater yang tersedia di Indonesia adalah Shopee Paylater, GoPay Later, Kredivo, Akulaku Paylater, Traveloka Paylater, Home Credit, Indodana Paylater, dan Atome. Setiap merek memiliki fitur unik yang menarik pelanggan untuk menggunakan paylater mereka.

Hasil survei kolaborasi Kedivo dengan Katadata Insight Center (KIC) padaMaret 2022, yang melibatkan sampel 3.500 orang tersebar di seluruh Indonesia menemukan ada enam alasan mengapa menggunakan paylater sebagai salah satu metode pembayaran digital. Keenam alasan untuk menggunakan paylater berdasarkan urutan terbanyak sampai paling sedikit adalah sebagai berikut: 1) membeli barang yang perlu, 2) membayar cicilan jangka pendek, 3) menggunakan promosi yang menarik, 4) menghindari pemakaian uang tunai saat transaksi, 5) membeli barang tambahan, dan 6) hanya mencoba.

Selanjutnya, dalam survei yang dilakukan oleh Katadata pada Maret 2023, sebanyak 555 orang dari 1.017 responden yang tersebar di seluruh Indonesia yang disurvei, menjawab tentang jenis produk yang paling sering ditawarkan dengan penggunaan paylater berdasarkan urutan terbanyak sampai yang paling sedikit. Pilihan tersebut termasuk produk fesyen; perlengkapan rumah tangga; barang elektronik; laptop atau ponsel; perawatan tubuh; makanan dan minuman; otomotif; obat dan vitamin; dan kebutuhan olahraga.

Pisau Bermata Dua
Dalam sudut pandang akuntansi, orang yang menunda pembayaran/paylater dianggap berutang dan harus membayarnya di kemudian hari. Meskipun paylater menawarkan banyak manfaat, selalu ada risiko. Saat melakukan transaksi, beberapa pengguna/konsumen lebih berfokus pada kemudahan dan kenyamanan sesaat yang ditawarkan dalam menggunakan paylater daripada dampak negatif yang ditimbulkan.

Konsumen kurang memikirkan atau menyadari konsekuensi yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Penggunaan paylater dapat dianalogikan seperti orang sedang memasak menggunakan sebilah pisau bermata dua, salah menggunakannya malah dapat "melukai" diri sendiri. Dalam hal transaksi paylater, konsumen seringkali terlalu fokus pada kemudahan dan kenyamanan transaksi paylater, yang membuat mereka kurang berhati-hati. Akibatnya, utang dan bunga cicilan yang dihasilkan dari transaksi online tersebut meningkat. Bahkan apabila tidak diimbangi dengan cicilan yang tepat waktu, ada risiko besar yang harus ditanggung konsumen yakni menjadikan utang yang bejibun dan tak mampu bayar.

Konsumen harus bijak dalam memanfaatkan paylater. Konsumen jangan bersikap risk adverse atau bahkan sebaliknya, memanfaatkan paylater secara berlebihan. Sikap perilaku konsumen mencerminkan preferensi seseorang atas risiko. Satu sisi, konsumen dikelompokkan sebagai risk taker dan sisi sebaliknya konsumen sebagai risk adverse. Konsumen yang berorientasi pengambil risiko, juga disebut sebagai risk taker, adalah mereka yang berani menggunakan paylater secara berlebihan tanpa mempertimbangkan bahaya yang akan terjadi di kemudian hari.

Konsumen yang tidak suka mengambil risiko/risk adverse lebih cenderung tidak menggunakan paylater sebagai metode pembayaran online. Karena mereka menyadari adanya risiko yang dapat berdampak negatif pada mereka sendiri. Kelompok konsumen ini memiliki argumentasi yang rasional. Berdasarkan survei Katadata yang dilakukan pada 2022, ada beberapa alasan yang berdasarkan urutan skor tertinggi sampai terendah, mengapa konsumen e-commerce belum mau menggunakan paylater: 1) mereka tidak ingin menambah utang, 2) takut boros, 3) takut denda jika terlambat membayar cicilan utang plus bunga, 4) kurang paham paylater, 5) bunga cicilan tinggi, 6) biaya administrasi tinggi, 7) mengganggu aliran kas keuangan pribadi, 8) rentan keamanan privasi data, 9) tidak sesuai dengan peraturan agama atau keyakinan, dan 10) mengganggu skor kredit individual.

Bagi produsen, hasil survei berulang yang dilakukan oleh Katadata menjadi informasi yang dapat mereka gunakan untuk membuat keputusan tentang produk dan jasa yang mereka tawarkan. Setidaknya, produsen dapat menawarkan jenis produk paling populer bagi konsumen yang ingin menggunakan paylater.
Dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko secara proporsional, konsumen diharapkan dapat bertindak bijaksana. Konsumen tidak perlu bersikap ekstrem mengambil posisi sebagai risk taker atau risk adverse terkait paylater. Oleh karena itu, konsumen dapat menggunakan paylater relatif aman dengan mengikuti beberapa rekomendasi berikut. Pertama, kenali brand paylater, pelajari masing-masing fitur dan persyaratan yang ditawarkan. Kedua, pilih brand paylater yang paling sesuai dengan kondisi keuangan Anda. Ketiga, urutkan pembelian produk atau jasa berdasarkan kombinasi prioritas “penting” dan “mendesak”.

Terakhir, jika telah memilih metode pembayaran paylater, Anda harus segera membayar atau melunasi sesegera mungkin. Akhir kata, paylater seperti sebilah pisau bermata dua bagi konsumen. Itu tergantung pada seberapa baik konsumen mau menggunakan paylater dengan cerdas dan bijak agar lebih banyak manfaatnya daripada mudaratnya.

Rustiana
Dosen di Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UAJY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Bawaslu Bantul Siap Melakukan Pengawasan Tahapan Pilkada 2024

Bantul
| Jum'at, 17 Mei 2024, 11:17 WIB

Advertisement

alt

Keren! Mahalini dan Voice of Baceprot Masuk Penghargaan Orang Berprestasi Forbes

Hiburan
| Kamis, 16 Mei 2024, 22:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement