Advertisement

Promo November

OPINI: Ruang Publik dalam Bingkai Jurgen Habermas

Anggota Klaster Riset History Culture Tourism Architecture (HCTA)/Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yohanes Djarot Purbadi
Selasa, 19 November 2024 - 17:57 WIB
Arief Junianto
OPINI: Ruang Publik dalam Bingkai Jurgen Habermas Anggota Klaster Riset History Culture Tourism and Architecture (HCTA)/Program Studi Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yohanes Djarot Purbadi. - Istimewa

Advertisement

Jogja, sebagai salah satu kota di Indonesia, memiliki identitas yang kaya sebagai kota pendidikan, kota bersejarah, dan kota budaya. Artikel ini akan mengeksplorasi ciri-ciri ruang publik di Jogja melalui lensa pemikiran Habermas. Ia menulis tentang ruang publik dan komunikasi dalam buku berbahasa Jerman berjudul Strukturwandel der Öffentlichkeit, terbit tahun 1962.

Pemikiran Jürgen Habermas tentang ruang publik dan komunikasi memberikan wawasan yang mendalam tentang dinamika sosial dan budaya yang terjadi di kota. Habermas, seorang filsuf Jerman, mengembangkan konsep ruang publik sebagai arena individu berinteraksi, berdiskusi, dan membentuk opini publik. Ruang publik menjadi ruang kondusif untuk tumbuh dan berkembang bagi kehidupan sosial.

Advertisement

Multidimensi

Menurut Habermas, ruang publik adalah tempat individu berkumpul, berdiskusi dan berdebat mengenai isu-isu yang mempengaruhi masyarakat. Di Jogja, ruang publik ditemukan di berbagai lokasi, antara lain alun-alun, taman, dan kampus.

Alun-Alun Jogja, misalnya, bukan sekadar ruang fisik, tetapi juga simbol interaksi sosial. Di sini, warga masyarakat berkumpul untuk berbagai kegiatan, mulai dari pertunjukan seni hingga diskusi informal. Kehadiran berbagai komunitas di alun-alun menciptakan suasana dialogis yang sejalan dengan konsep Habermas tentang komunikasi yang rasional.

Jogja dikenal sebagai kota pendidikan dengan banyak universitas dan institusi pendidikan. Kehadiran mahasiswa dari berbagai daerah menciptakan dinamika sosial yang unik. Ruang publik di kampus-kampus, taman dan ruang diskusi, menjadi tempat mahasiswa berbagi ide dan berdebat.

Dalam konteks ruang publik, pemikiran Habermas tentang pentingnya komunikasi terbuka dan inklusif sangat relevan. Diskusi di ruang publik kampus tidak hanya membentuk pemikiran kritis mahasiswa, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan opini publik yang lebih luas.

Jogja juga merupakan kota bersejarah yang kaya akan warisan budaya. Candi Prambanan dan Kraton Jogja adalah contoh nyata dari kekayaan sejarah yang dimiliki. Ruang publik di sekitar situs-situs bersejarah sering digunakan untuk acara budaya dan festival, yang mengundang partisipasi masyarakat. Habermas menekankan ruang publik harus menjadi tempat tradisi dan modernitas bertemu.

Di Jogja, interaksi antara warisan budaya dan inovasi kontemporer menciptakan ruang publik yang dinamis. Masyarakat akan berkesempatan merayakan identitas mereka sambil tetap terbuka terhadap perubahan.

Tantangan dan Urgensi

Meskipun Jogja memiliki banyak potensi sebagai ruang publik, tantangan tetap ada. Isu-isu komersialisasi ruang publik dan kurangnya aksesibilitas bagi semua lapisan masyarakat dapat menghambat fungsi ruang publik sebagai arena diskusi.

Habermas mengingatkan, ruang publik harus inklusif dan dapat diakses oleh semua individu, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam menjaga dan mengembangkan ruang publik yang adil dan terbuka bagi semua orang.

Ciri ruang publik di Jogja sebagai kota pendidikan, kota bersejarah, dan kota budaya layak dipahami melalui pemikiran Jürgen Habermas tentang komunikasi dan ruang publik. Artinya, ruang publik di Yogyakarta tidak hanya berfungsi sebagai tempat fisik. Ruang publik di Jogja seharusnya menjadi arena masyarakat berinteraksi, berdiskusi, dan membentuk identitas kolektif.

Ruang Publik Inklusif

Upaya mempertahankan sifat inklusif dan terbuka dari ruang publik di Jogja sangat penting. Jogja akan memiliki cirikhas lebih dan terus menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam menciptakan ruang sosial yang mendukung dialog dan partisipasi masyarakat. Melalui pemikiran Habermas, akan tercipta masyarakat yang mampu menghargai, menciptakan dan memanfaatkan ruang publik sebagai alat memperkuat demokrasi dan kehidupan sosial yang sehat dan harmonis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Akan Dipulangkan ke Filipina, Begini Ungkapan Mary Jane Veloso

Gunungkidul
| Kamis, 21 November 2024, 13:07 WIB

Advertisement

alt

Hanya Satu Hari, Film The Last Dance Jadi Box Office di Hong Kong

Hiburan
| Rabu, 20 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement