Advertisement

OPINI: Edukasi Dana Pensiun Terabaikan

Syarifudin Yunus
Rabu, 24 Juli 2019 - 05:02 WIB
Galih Eko Kurniawan
OPINI: Edukasi Dana Pensiun Terabaikan Aktivitas layanan di salah satu kantor dana pensiun lembaga keuangan (DPLK), di Jakarta, Rabu (2/1/2019). - Bisnis/Endang

Advertisement

Jumlah pekerja di Indonesia mencapai sekitar 120 juta orang. Sebanyak 70 juta orang di sektor informal dan sisanya di sektor formal. Namun, masa pensiun mereka sama sekali tidak pasti. Akan sejahtera atau tidak? Sementara pemahaman pekerja akan pentingnya dana pensiun pun masih rendah.

Konsekuensinya, sangat wajar bila 73% pekerja di Indonesia justru mengalami masalah keuangan di masa pensiun. Bahkan 90% dari mereka sama sekali tidak siap untuk pensiun hari ini. Adalah fakta, edukasi dana pensiun saat ini tergolong jarang dilakukan. Sementara edukator dana pensiun pun sangat langka di Indonesia.

Advertisement

Survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2016), menyebutkan bahwa tingkat literasi atau pengetahuan dana pensiun masyarakat Indonesia hanya 10,9% dan tingkat inklusi atau penggunaan produk dana pensiun hanya 4,6%. Sebenarnya cukup jelas bahwa edukasi dan literasi dana pensiun menjadi masalah yang belum terpecahkan.

Di sisi lain, potensi pasar dana pensiun masih tergolong besar. Tak dapat disangkal bahwa jutaan pekerja tidak punya program pensiun. Belum lagi, generasi milenial yang mencapai 60 juta jiwa. Bahkan 50% dari milenial saat ini pun sudah bekerja. Itu semua menjadi sinyal, ada ‘pekerjaan rumah’ besar untuk membuat masyarakat dan pekerja melek akan pentingnya dana pensiun.

Oleh karena itu, pelaku dana pensiun perlu segera menyuarakan dan menggalakkan program edukasi dan sosialisasi, karena selama ini relatif terabaikan. Bahkan edukator dana pensiun masih langka. Alhasil pada 2018 lalu, untuk kali pertama pertumbuhan industri dana pensiun di Indonesia tidak sampai dua digit. Aset dana pensiun (DPLK/DPPK) hanya tumbuh di kisaran 9%.

Kepesertaan dana pensiun pun tidak lebih dari 5 juta pekerja, sangat kecil dibandingkan dengan pekerja formal atau pekerja informal seantero Indonesia. Bahkan bisa jadi, industri dana pensiun belum mengantisipasi terjadinya perubahan struktur demografi, meledaknya populasi usia lanjut dan menurunnya angka kelahiran, dinamika gaya hidup, dan era digitalisasi yang tidak terbendung.

Semua orang rasanya sepakat bahwa edukasi literasi keuangan, termasuk dana pensiun, sangat penting untuk mendidik orang agar sadar dan tahu soal cara mengelola keuangan secara bijak. Tentang menggunakan ‘uang’ sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Apalagi uang yang disiapkan untuk masa pensiun. Lalu, dengan cara apa pekerja dapat mempertahankan gaya hidupnya di hari tua?

Dimana masalah yang dihadapi industri dana pensiun? Regulasi dan aturan dana pensiun yang terus bermunculan dan membatasi ruang gerak, atau produk dana pensiun yang tidak menarik? Atau kurangnya insentif, atau industri dana pensiun yang sulit untuk berubah sesuai dinamika pasar?

Terlepas dari itu semua, patut diduga persoalan utama industri dana pensiun ada pada edukasi. Banyak orang atau pekerja tidak tahu arti penting dana pensiun. Di saat yang sama, edukator dana pensiun yang independen dan objektif pun sangat diperlukan.

Sering dikatakan bahwa kontribusi industri dana pensiun terhadap produk domestik bruto (PDB) masih sangat rendah, tidak lebih dari 1,63%. Hanya Rp263 triliun per Desember 2018.

Adapun potensi pasar dana pensiun dikatakan masih sangat besar. Faktanya, angka pertumbuhan aset dan kepesertaan dana pensiun pun seperti jalan di tempat. Artinya, ada persoalan edukasi dana pensiun yang belum optimal. Ke depan, entah bagaimana industri dana pensiun harus tetap survive dan lebih diminati masyarakat. Akankah industri dana pensiun dapat memberi kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional, apalagi mampu mewujudkan masa pensiun pekerja yang benar-benar sejahtera.

Logikanya sederhana, industri dana pensiun memang sulit tumbuh signifikan bila fungsi edukasi tak optimal. Hal ini menyebabkan banyak orang tak paham arti penting dan manfaatnya. Jangankan membeli atau memiliki dana pensiun, tahu dan paham saja belum. Jadi dapat diduga, edukasi dana pensiun adalah masalah. Edukator dana pensiun pun langka. Tidak banyak orang yang mau mendedikasikan diri sebagai edukator dana pensiun secara independen dan objktif.

Secara prinsip, bila potensi pasar dana pensiun di Tanah Air masih sangat besar, seharusnya pertambahan peserta dan aset dana pensiun pun bisa tumbuh signifikan. Namun nyatanya tidak. Pekerja formal pun tidak lebih dari 20% yang punya dana pensiun. Pekerja sektor informal dan generasi milenial sama sekali belum tersentuh. Bagaimana memperbaiki tingkat literasi dan inklusi dana pensiun ini?

Banyak pekerja yang punya gaji atau penghasilan tetapi hanya sedikit yang mau menyisihkan sebagian gajinya untuk masa pensiun. Orang hanya tahu menggunakan uang hari ini. Alasannya gaji tidak cukup, biaya sekolah anak hingga biaya kebutuhan sehari-hari. Tentu tidak sepenuhnya benar untuk menyangkal arti penting dana pensiun. Proposisi untuk menolak pentingnya menyiapkan masa pensiun tentu harus ‘dilawan’ melalui edukasi yang optimal.

Belum ada edukator dana pensiun yang secara konsisten menyuarakan ‘apa yang diperbuat gaji hari ini untuk masa pensiun’ atau ‘dari mana biaya hidup kita di masa pensiun saat tidak bekerja lagi?’

Jika ada pun, edukasi yang dilakukan kepada masyarakat tergolong belum TSM (terstruktur, sistematis, dan masif). Bahkan tidak sedikit orang yang merasa ‘tabu’ membicarakan keadaan masa pensiun ketimbang masa kini.

Mau tidak mau, edukasi dana pensiun sangat penting dilakukan sekarang. Pasalnya, edukasi adalah cara dan wujud komitmen untuk memajukan industri dana pensiun dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Alhasil, pada akhirnya edukasi dana pensiun diharapkan dapat mendorong akselerasi pertumbuhan bisnis dan kepesertaan program tersebut secara signifikan. Secara lebih jauh dana pensiun dapat dipandang sebagai bagian dari kecakapan hidup (life skills) dan gaya hidup (life style) seseorang.

Di era revolusi indutri 4.0 saat ini, edukasi dana pensiun sangat patut menjadi prioritas mengingat masih banyak potensi pasar yang belum tergarap. Belum lagi membangun kesadaran pekerja dan pemberi kerja akan pentingnya dana pensiun. Apa manfaat dana pensiun? Kenapa orang harus punya dana pensiun? Bagaimana cara memulai dan mengoptimalkan dana pensiun?

Semua pertanyaan itu sangat penting dijawab melalui program edukasi dana pensiun.

Oleh karena itu, untuk memajukan indutsri dana pensiun di Indonesia, sangat dibutuhkan goodwill dan komitmen guna melakukan edukasi dana pensiun. Tentu, untuk menyiapkan kesejahteraan pekerja di masa pensiun.

Karena dana pensiun pada hakikatnya adalah mampu menjalani masa pensiun dengan sejahtera. Atas kesadaran dan pemahaman yang pas.

*Penulis merupakan Kepala Humas dan Pelayanan Konsumen Perkumpulan DPLK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Rekomendasi Makanan Takjil Tradisional di Pasar Ramadan Kauman Jogja

Jogja
| Kamis, 28 Maret 2024, 15:12 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement