Advertisement

OPINI: Ancaman Nyata Perubahan Cuaca

John de Santo
Selasa, 20 Juni 2023 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Ancaman Nyata Perubahan Cuaca John de Santo - Dok Pribadi

Advertisement

Istilah perubahan cuaca (climate change) seringkali digunakan secara sinonim dengan istilah pemanasan global (global warming). Namun demikian, perubahan cuaca mengacu kepada pemanasan dengan cakupan lebih luas, bersama gejala-gejala yang bisa kita amati seperti naiknya permukaan laut, runtuhnya gletser, semakin cepatnya es di Greenland dan di kedua kutub Bumi mencair.

Sedangkan pemanasan global hanya mencakup pemanasan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, suhu global yang meningkat dan terdokumentasi dengan baik pada akhir 1070-an atau rerata suhu Bumi meningkat satu derajat celsius (dua derajat Fahrenheit) berdasarkan baseline pertengahan abad kedua puluh (1951-1980).

Advertisement

Sebagian masyarakat dunia masih meragukan isu pemanasan global dan memandangnya sebagai persoalan yang masih jauh. Padahal 97% ilmuwan dunia, NASA, politisi Algore dan aktivis lingkungan AS, tak henti-hentinya sepakat bahwa pemanasan global itu sebuah ancaman nyata berdasarkan kajian ilmiah.

Sekitar 100 tahun lalu sebuah penelitian jangka panjang menemukan bahwa, ketika sebuah kotak kaca berisi udara diterpa cahaya Matahari selama kurun waktu kira-kira satu jam, maka lebih banyak panas akan terserap dan terjadi kenaikan suhu di dalam kaca dengan derajat yang berbeda, tergantung komposisi gas di dalamnya. Ini disebut penguatan radiatif (radiative forcing). Setelah percobaan ribuan kali dengan komposisi gas yang berbeda, ditemukan bahwa gas C02 berkontribusi tiga sampai rmpat kali lipat terhadap pemanasan di dalam kotak itu ketimbang gas lain.

Mengapa demikian? Karena gas CO2 memiliki potensi terbesar untuk menyerap radiasi infra merah. Salah satu argumen paling populer terhadap perubahan iklim adalah uap air yang membentuk 95% dari semua volume gas rumah kaca dan ini berarti, ia berkontribusi 95% terhadap efek rumah kaca. Argumen ini kemudian dibantah. Karena yang lebih bertanggung jawab terhadap pemanasan itu adalah gas CO2. Mengingat uap air hanya bertahan di atmosfer selama beberapa hari, sedangkan gas CO2 bisa bertahan selama puluhan bahkan seratus tahun di udara.

Jadi, isu pemanasan global membawa pesan serius tentang bahaya nyata yang dampaknya sudah terasa oleh seluruh penduduk dunia. Tercatat tahun 2016-2020 merupakan tahun terpanas dengan rerata kenaikan suhu satu derajat celsius. Frekuensi bencana yang berkaitan dengan cuaca seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, angin puting beliung, meningkat tiga kali lipat. Semua bencana ini berkaitan langsung dengan pemanasan global yang terutama disebabkan oleh emisi gas CO2, yakni gas yang sebagian besar dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Bill McKibben, dalam bukunya The End of Nature (1989), meratapi hilangnya alam perawan planet Bumi yang sebelumnya nyaris tak terjamah oleh tangan manusia. Ketika itu, Bumi berada pada jalurnya mampu bertahan dan membaharui dirinya sendiri untuk selamanya. Aktivis lingkungan hidup dan penulis lepas itu mengatakan, munculnya berbagai fenomena seperti hujan asam, efek rumah kaca, menepisnya lapisan ozon, kerusakan masif hutan hujan tropis, semua itu mencerminkan kenyataan memilukan.

Manusia telah kehilangan akal sehatnya dalam memperlakukan alam sebagai sumber daya. Begitu parahnya dampak campur tangan manusia, hingga alam tak mampu lagi membaharui dirinya sendiri dan beradaptasi terhadap sejumah perubahan yang terjadi akibat intervensi manusia.

Kesadaran masyarakat dunia terhadap dampak pemanasan global itu pernah memuncak dalam Paris Agreement 2015 yang menghasilkan kesepakatan terhadap pengurangan emisi gas yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Kesepakatan Paris ditandangani oleh 195 kepala negara dan diratifikasi oleh 190 negara. Para pemimpin dunia menyadari bahwa jika manusia terus melepaskan gas-gas rumah kaca ke atmosfer, maka pemanasan global akan terus meningkat dan kehidupan makhluk hidup di planet ini terancam punah.

Melambatkan
Pemanasan global atau perubahan cuaca bisa diperlambat dengan cara terus membangkitkan kesadaran bersama bahwa kita sedang menghadapi ancaman bahaya nyata, bukan karena serangan makhluk luar angkasa, melainkan pemanasan global akibat ulah kita sendiri.

Beberapa langkah yang bisa kita lakukan bersama sebagai anggota masyarakat dunia untuk menghambat pemanasan global adalah, pertama, menanam pohon. Selain melepaskan O2 untuk memenuhi kebutuhan oksigen manusia, satu hektare pepohonan dapat menyerap 13,2 ton CO2 per tahun. Jika setiap orang Indonesia wajib menanam sebatang pohon dan memeliharanya, akan ada 280 juta pohon baru di Indonesia!

Kedua, pengelolaan sampah. Setiap orang memproduksi sampah. Alangkah baiknya sampah-sampah itu dikelola dengan baik misalnya dipilah menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Berkenaan sampah plastik yang berakhir di laut, perlu ditemukan cara atau teknologi baru untuk menanganinya.
Ketiga, penghematan energi. Berjalan kaki, bersepeda atau memakai kendaraan berbahan bakar energi listrik, surya, hybrid atau fuel cell dapat mengurangi pelepasan emisi gas CO2 yang menyebabkan pemanasan global.

Keempat, menghemat makanan dan air. Proses produksi atau pembusukan sisa makanan dan pendistribusian air menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti CO2 hingga methan (CH4).
Kelima, pembatasan penggunaan alat-alat elektronik seperti smartphone, AC, TV, dll, menjadi keharusan, karena pemakaian yang berlebih terhadap alat-alat itu, pada akhirnya berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca.

Pemanasan global tidak akan berhenti dalam semalam, setahun atau pun seabad. Dengan semua kerusakan lingkungan yang sudah kita lakukan selama ini untuk memenuhi kebutuhan populusi penduduk dunia yang terus bertambah, maka tanpa sadar kita sedang melakukan tindakan bunuh diri bersama.

Saat ini kita tak bisa lagi menghentikan pemanasan global, kita hanya bisa melambatkannya, itu pun harus dilakukan secara radikal dan masif.

John de Santo
Pengasuh Rumah Belajar Bhinneka dan Pemerhati Isu Lingkungan Hidup

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Harga Bawang Putih Jauh Melampaui HET, KPPU Jogja Turun Tangan

Jogja
| Minggu, 19 Mei 2024, 11:27 WIB

Advertisement

alt

Lagu Rohani Kristen Country yang Ngena Banget, Jesus Take the Wheel

Hiburan
| Sabtu, 18 Mei 2024, 23:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement