Advertisement

OPINI: Memetik Pelajaran dari BSI

Paul Sutaryono
Jum'at, 14 Juni 2024 - 06:17 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Memetik Pelajaran dari BSI Paul Sutaryono - JIBI

Advertisement

Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menarik dana simpanan dan pembiayaan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Bagaimana nasib BSI ke depan? Pelajaran apa saja yang dapat dipetik? Bagaimana sejarah BSI? 

BSI yang berdiri pada 1 Februari 2021 adalah hasil merger dari tiga bank syariah PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT BNI Syariah. Komposisi pemegang saham BSI meliputi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 50,83%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 24,85% dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,25%. Pemegang saham lainnya di bawah 5%. Dengan merger itu, BSI digadang-gadang menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dan bahkan menduduki 10 besar bank syariah tingkat dunia pada 2025. 

Advertisement

Sejauh mana kinerja BSI per kuartal I/2024? BSI mampu meningkatkan perolehan laba bersih 17,07% menjadi Rp1,71 triliun per kuartal I/2024. Pendapatan setelah distribusi bagi hasil tumbuh 2,01% (year-on-year/YoY) menjadi Rp4,38 triliun. Kemudian, pendapatan dari penyaluran dana tumbuh 12,26% menjadi Rp 6,31 triliun. Cadangan turun 27,84% menjadi Rp541,31 miliar. Dari sisi intermediasi, pembiayaan naik 15,92% menjadi Rp246,54 triliun. Alhasil, aset naik 14,25% menjadi Rp357,9 triliun dari sebelumnya Rp313,25 triliun. 

Sayangnya, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) naik dari 0,54% menjadi 0,55%. Untunglah, tingkat efisiensi yang tampak pada rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun 71 basis poin (bps) menjadi 68,94%. Lantas, apa saja pelajaran berharga yang dapat dipetik? 

Pelajaran Berharga

Pertama, Muhammadiyah akan mengalihkan dana mereka di BSI ke bank syariah lainnya seperti Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Muamalat dan beberapa bank syariah lainnya. Apa pasal? Menurut Ketua PP Muhammadiyah, aksi itu dilakukan guna menciptakan persaingan yang sehat antarbank syariah setelah sekian lama mereka mengandalkan BSI dalam mengelola dana umat.

Muhammadiyah menuntut komitmen bank syariah untuk mendukung rakyat kecil termasuk UMKM. Tuntutan itu patut didukung karena selama ini UMKM mampu menyerap 100 juta lebih tenaga kerja. Dengan bahasa lebih bening, UMKM itu telah membantu pemerintah dalam menekan tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 4,82% (7,2 juta jiwa) per Februari 2024.

Kedua, apakah penarikan dana Muhammadiyah itu akan membuat BSI limbung? Berapa besar dana pihak ketiga (DPK) BSI? Data Biro Riset Infobank menunjukkan DPK BSI Rp293,24 triliun per April 2024. Nah, ketika Muhammadiyah menarik dana sekitar Rp13 triliun atau 4,43% dari DPK BSI, itu berarti penarikan dana tak begitu berpengaruh. Jangan lupa BSI adalah bank terbesar ke-6 dalam menghimpun DPK di industri perbankan dan bank syariah nomor wahid.

Ketiga, namun dipandang dari sisi manajemen aset dan liabilitas (assets and liabilities management), sudah barang tentu penarikan dana itu akan memengaruhi margin pendapatan secara keseluruhan. Manajemen aset dan liabilitas itu bertujuan untuk mengelola aset dan kewajiban yang jitu untuk memperoleh keuntungan setinggi mungkin. Selama ini, aset bank tidak hanya berbentuk uang tunai, tetapi juga ditempatkan pada instrumen investasi atau surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Perbendaharaan Negara (SPN) (treasury bills), obligasi (bonds) dan lainnya. 

Keempat, apakah penarikan dana Muhammadiyah itu boleh dikatakan sebagai rush (penarikan dana secara besar-besaran)? Tidak. Mengapa? Karena Muhammadiyah tidak akan menarik dana secara tunai. Dengan demikian, BSI masih memiliki cukup waktu untuk memenuhi permintaan penarikan dana itu. 

Kelima, sesungguhnya, ada kiat lain bagi BSI untuk melakukan pendekatan kepada Muhammadiyah supaya tidak menarik seluruh dana mereka di BSI. Ingat bahwa bank memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berpengalaman dalam melakukan negosiasi dengan pihak mana pun. Melalui ancangan (pendekatan) yang apik, strategis dan saling menguntungkan (win-win solution), bisa saja Muhammadiyah akhirnya memutuskan untuk tidak jadi menarik seluruh dana mereka atau minimal masih menyimpan sebagian dana mereka di BSI.

Keenam, di sisi lain, bank syariah yang akan menerima limpahan dana Muhammadiyah mulia tersenyum riang karena akan segera menerima dana triliunan tanpa mengeluarkan biaya tinggi. Tetapi, Muhammadiyah sudah pasti akan menuntut special rates bagi simpanan yang segera dikucurkan.

Bank syariah penerima dana sudah pasti akan menyambut hangat permintaan khusus Muhammadiyah itu. Dana itu akan menambah DPK mereka yang ujungnya akan memberikan berkah berupa margin dari penempatan dana di pelbagai instrumen investasi.

Ketujuh, namun bank syariah harus mampu meningkatkan kualitas pembiayaan mereka di tengah kenaikan ketidakpastian ekonomi global. Harap catat NPF gross mencapai 2,04% per Maret 2024 di tengah ambang batas aman 5%. NPF bank syariah itu lebih baik dibandingkan dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank konvensional 2,22% pada periode yang sama.

Di tengah kondisi suku bunga tinggi dalam kurun waktu lebih panjang (higher for longer), bank syariah dan bank konvensional harus meningkatkan penerapan manajemen risiko terlebih risiko kredit dan likuiditas. Berbekal aneka pelajaran tersebut, BSI bakal tetap gemerincing! Sungguh! 

Paul Sutaryono

Staf Ahli Pusat Studi Bisnis (PSB) Universitas Prof Dr. Moestopo Beragama, Pengamat Perbankan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Musim Kemarau Petani di DIY Diminta Tetap Menanam Padi

Jogja
| Rabu, 26 Juni 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Film Dokumenter Karier Bermusik Penyanyi Rossa Segera Diluncurkan

Hiburan
| Selasa, 25 Juni 2024, 23:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement