Advertisement

Promo November

OPINI: Seni dan Budaya Melestarikan Sumbu Kosmologis

Anggota Klaster Riset History Culture Tourism Architecture (HCTA)/Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yohanes Djarot Purbadi
Rabu, 23 Oktober 2024 - 05:57 WIB
Arief Junianto
OPINI: Seni dan Budaya Melestarikan Sumbu Kosmologis Anggota klaster Riset History Culture Tourism Architecture (HCTA) - Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yohanes Djarot Purbadi

Advertisement

Sumbu kosmologis Jogja adalah garis maya yang menghubungkan Gunung Merapi, Kraton Jogja dan Samudra Hindia. Terdapat di dalamnya garis hubung antara Tugu Pal Putih, Kraton Jogja dan Panggung Krapyak.

Sumbu kosmologis ini bukan hanya sekadar garis imajiner tanpa makna. Ia memang menghubungkan berbagai landmark bersejarah yang penting. Sumbu kosmologis ini merupakan manifestasi dari makna dan nilai-nilai mendalam di dalam kehidupan masyarakat. Jogja memang istimewa dalam tata ruang perkotaannya.

Advertisement

Dalam konteks menghidupi sumbu kosmologis Jogja, penulis meyakini pendekatan fenomenologi Martin Heidegger memberikan wawasan yang berharga. Dari aspek tertentu, dapat dikembangkan secara terarah program seni dan budaya yang bertujuan melestarikan sumbu kosmologis.

Heidegger menekankan pentingnya pemahaman tentang being (keberadaan) dan bagaimana manusia berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Dengan memahami keberadaan, dapatlah dirancang program-program yang tidak hanya melestarikan, tetapi juga menyelami kedalaman dan menghidupkan kembali makna sumbu kosmologis dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Pandangan Heidegger

Dalam pandangan Heidegger, seni memiliki peran penting dalam mengungkapkan kebenaran dan makna yang tersembunyi di dalamnya. Seni bukan hanya produk estetika. Seni adalah medium yang memungkinkan manusia merasakan dan memahami dunia.

Oleh karena itu, program seni yang dikembangkan untuk melestarikan sumbu kosmologis perlu diarahkan secara khusus. Program seni dan budaya harus mampu menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mengalami penampilan seni. Tambahannya, seni haruslah merupakan ruang merenungkan makna yang terkandung dalam tradisi dan budaya.

Misalnya, pertunjukan seni tradisional tari dan musik gamelan. Penampilan karya dapat diorganisir tidak hanya sebagai hiburan. Terlebih penting sebagai pengalaman yang mendalam. Pengalaman seni mengajak penonton merenungkan hubungan mereka dengan sejarah dan nilai-nilai yang dilestarikan.

Salah satu aspek penting dari pendekatan fenomenologi adalah keterlibatan langsung dengan pengalaman. Dalam konteks sumbu kosmologis, program seni dan budaya harus melibatkan masyarakat secara aktif. Melalui lokakarya dan pelatihan, masyarakat diajak untuk berpartisipasi dalam proses kreatif. Entah sebagai seniman maupun sebagai penonton.

Keterlibatan akan memperkuat rasa memiliki terhadap warisan budaya. Keterlbatan juga memungkinkan individu menemukan makna pribadi dalam tradisi dan budaya. Dengan cara ini, seni menjadi jembatan yang menghubungkan individu dengan komunitas dan sejarah mereka.

Heidegger juga menekankan pentingnya tempat dalam memahami keberadaan. Sumbu kosmologis Jogja, dengan semua landmark dan ritual yang ada, merupakan tempat yang kaya akan makna. Oleh karena itu, program seni dan budaya harus dirancang untuk menghormati dan merayakan tempat-tempat bermakna ini.

Misalnya, festival seni yang diadakan di lokasi-lokasi penting sepanjang sumbu kosmologis. Pertunjukan seni menjadi cara yang efektif untuk menarik perhatian masyarakat dan wisatawan. Festival tidak hanya akan menampilkan pertunjukan seni. Festival seni juga menyediakan ruang untuk diskusi dan refleksi tentang makna tempat dalam konteks budaya dan sejarah.

Dalam mengembangkan program-program, penting untuk mempertimbangkan aspek temporalitas. Hal ini ditekankan oleh Heidegger. Waktu bukan hanya sekadar urutan peristiwa. Waktu adalah cara manusia mengalami dan memahami perubahan. Program seni dan budaya harus mampu menciptakan kontinuitas antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Penting mengintegrasikan elemen-elemen tradisional ke dalam praktik seni kontemporer. Ini agar tercipta dialog antara generasi yang berbeda. Misalnya, kolaborasi antara seniman muda dan seniman senior. Momen ini menghasilkan karya yang mencerminkan warisan budaya sekaligus relevansi dengan isu-isu kontemporer.

Warisan Budaya

Dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait juga sangat penting dalam mewujudkan program ini. Kebijakan yang mendukung pengembangan seni dan budaya harus diimplementasikan untuk memastikan keberlanjutan program-program. Pendanaan untuk kegiatan seni, pelatihan, dan promosi budaya perlu menjadi prioritas agar program-program seni dan budaya ini berjalan dengan baik.

Artinya, mengembangkan program seni dan budaya sangat positif untuk melestarikan sumbu kosmologis Jogja. Cara pendekatan fenomenologi Heidegger menawarkan model yang mendalam dan bermakna untuk memahami dan merayakan warisan budaya.

Dengan melibatkan masyarakat, menghormati tempat, dan menciptakan kontinuitas temporal, dapat diyakini sumbu kosmologis dilestarikan. Artinya, Sumbu Kosmologis dihidupkan dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari oleh warga masyarakat. Pada sisi lain, seni dan budaya mampu menjadi sarana untuk menghubungkan individu dengan keberadaan mereka, komunitas dan sejarah hidup yang kaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal

Sleman
| Kamis, 21 November 2024, 12:47 WIB

Advertisement

alt

Hanya Satu Hari, Film The Last Dance Jadi Box Office di Hong Kong

Hiburan
| Rabu, 20 November 2024, 08:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement