Advertisement

Promo Desember

NGUDARASA: Harga Cabai Tak Sepedas Harapan Petani

Ketua Dewan Redaksi Harian Jogja, Ahmad Djauhar
Minggu, 08 Desember 2024 - 22:37 WIB
Arief Junianto
NGUDARASA: Harga Cabai Tak Sepedas Harapan Petani Ketua Dewan Redaksi Harian Jogja, Ahmad Djauhar. - Harian Jogja/Hengky Kurniawan

Advertisement

Senyum sejumlah petani cabai di kawasan Sleman Utara—mungkin juga di hampir seluruh wilayah penanaman cabai—pada musim tanam tahun ini tidak sesumringah tahun silam. Selain hasilnya tidak seoptimal tahun lalu, harganya juga relatif jalan di tempat, di kisaran belasan ribu rupiah per kilogram. Pada periode yang sama tahun lalu, harga cabai rawit rata-rata di atas Rp25.000 per kilogram.

Ada apa dengan komoditas cabai ini, kok mlotrok begitu rupa? Apa orang-orang mulai ogah mengonsumsi cabai? Selidik punya selidik, ternyata setelah booming harga cabai sekitar dua tahun silam, yang ketika itu pernah mencapai Rp150.000 per kg di tingkat pengepul, petani rupanya berbondong-bondong menanam cabai. Sangat beralasan bila harga cabai susah njenggelek  ke posisi yang lebih baik. Bahkan sekadar mengulang prestasi tahun silam sekalipun.

Advertisement

Apalagi mereka yang menanam cabai keriting atau yang lebih dikenal sebagai cabai Jawa. Tahun ini terpaksa menangis, karena harga jual di Tingkat petani tak pernah beranjak di atas Rp10.000 per kilogram. Pekan lalu, bahkan sempat menyentuh ‘angka penderitaan’ yakni Rp4.000 per kg. Kalau sudah begini, tidak jarang petani cabai yang terpaksa ‘mengikhlaskan’ siapapun yang melintas di dekat areal penanaman cabai mereka untuk memetik sendiri cabai tersebut sekehendak hati.

Karena, ongkos petik justru lebih mahal ketimbang harga jual cabai tersebut di tingkat pengepul. Kalau sudah demikian halnya, akan lebih efisien kalau cabai tersebut ‘disedekahkan’, asalkan si peminat bersedia memetiknya sendiri.

Selain faktor me too alias semua petani ikut-ikutan menanam cabai, aspek lain yang juga berkontribusi pada mlotrok-nya harga cabai tersebut adalah terjadinya panen raya di wilayah lain atau bahkan ‘intervensi’ pemerintah. Tahun ini, misalnya, ketika petani cabai sedang mulai menikmati kenaikan harga, konon, tiba-tiba pasar mengalami banjir pasok dari provinsi lain yang sedang panen komoditas tersebut.

Juga pernah terjadi ketika harga mulai membubung, konon lagi, pasar juga mengalami banjir pasok karena tindakan pemerintah membuka kran impor komoditas tersebut dengan dalih penstabilan harga, agar tidak memicu angka inflasi lebih tinggi. “Lha gimana jadi petani bisa bahagia kalau begini caranya. Begitu harga jual komoditas mulai membaik, selalu diintervensi. Kayaknya pemerintah kok tidak seneng kalau kaum petani hidup sejahtera ya,” keluh seorang petani kepada saya.

Menjelang pengujung tahun ini, harga cabai cenderung menggeliat lagi, sudah melewati angka psikologis Rp20.000 per kilogram. Sayangnya, termasuk yang kami—sejumlah petani di kawasan Sleman Utara—volume produksi cabai yang kami tanam justru sedang mlotrok juga. Hal itu antara lain terjadi karena faktor cuaca yang sedang tidak menguntungkan.

“Lha tempo hari itu, menjelang transisi ke musim penghujan, tetiba sejumlah tanaman cabai kami lolos—layu akar, batang, dan daun—sehingga buahnya juga layu. Karena, tanaman cabai mengalami curah hujan lebat, tetiba ketiimpa panas Terik beberapa hari, lalu keguyur hujan, kena panas lagi, hingga beberapa periode. Tidak sedikit pohon cabai kami yang akhirnya mati,” ucap Gandung, sebutlah begitu, seorang petani cabai yang menerapkan proses penanaman secara akademis. Tahun lalu, selama musim tanam, dia barhasil memanen cabai hingga 50 kali. Tahun ini, dia mengaku baru memanen sekitar seperlima kali tahun lalu. 

Penyakit Tanaman Cabai

Ke-mlotrok-an harga cabai yang diakibatkan oleh pelbagai hal teknis itu, juga dipicu oleh aneka penyakit yang sering mendera komoditas pemicu rasa pedas yang selalu dirindukan itu. Sama dengan sejumlah tanaman hortikultura lainnya, tanaman cabai memerlukan perawatan yang serius agar panen yang dicapai maksimal. Bila tak diperhatikan dengan benar, sejumlah penyakit berpotensi menyerang tanaman satu ini. Cabai bukan cuma penyempurna rasa makanan—terutama bagi lidah Asia—melainkan dapat menurunkan berat badan, pencegah penyakit jantung, dan membantu fungsi detoksifikasi.

Terdapat berbagai macam hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman cabai yang harus diketahui para petani. Sejumlah penyakit yang mudah menjangkiti tanaman cabai antara lain adalah layu fusarium, yang diakibatkan oleh serangan cendawan/jamur. Gejala penyakit ini adalah daun tampak layu, mulai dari bagian bawah, lalu menguning hingga ke atas menuju ranting muda. Bagian tubuh tanaman cabai yang terinfeksi penyakit ini akan tertutup hifa putih layaknya kapas.

Apabila tanaman cabai terserang saat masih dalam tahap pertumbuhan, buah tetap dapat dihasilkan. Namun, jika penyakit sudah merambah wilayah batang, cabai-cabai muda akan berguguran. Cara mengatasinya adalah dengan mencabut dan musnahkan tanaman yang terserang. Petani dapat juga memanfaatkan agen antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium spp bersamaan dengan pemupukan dasar. Dianjurkan pula untuk menggunakan fungisida sesuai takaran sebagai langkah terakhir.

Selain itu, terdapat pula jenis layu bakteri ralstonia. Penyakit ini akibat ulah bakteri Pseudomonas solanacearum. Penyakit layu bakteri ralstonia ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa tanaman, pengairan, nematoda, atau alat pertanian.

Bila tanaman cabai tua terserang, bagian yang akan layu pertama kali adalah daun sisi bawah. Sementara itu, jika menyerang tanaman cabai muda, layu akan terlihat bermula di daun bagian atas tanaman. Selain gejala layu, ketika akar atau batang tanaman cabai dipotong melintang dan dicelupkan ke dalam air, terdapat indikasi khusus. Tatkala dicelupkan, akan tampak adanya cairan keruh koloni bakteri yang keluar dan melayang di air menyerupai kepulan asap.

Untuk mengendalikan penyakit ini, beberapa hal dapat ditempuh yakni mencabut dan memusnahkan tanaman yang sakit. Petani dapat memanfaatkan agen antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar. Selain itu, dapat juga menggunakan bakterisida sebagai alternatif terakhir.

Virus kuning juga biasa disebut penyakit bule atau bulai, virus kuning menyebabkan tanaman cabai—terutama pada bagian daun—terlihat menguning. Penyakit yang diakibatkan virus gemini ini mungkin terbawa dari benih/biji ataupun ditularkan oleh kutu.

Berhubung disebabkan virus, racun-racun kimia tidak akan mempan untuk mengatasinya. Oleh karena itu, pengendalian harus dilakukan sejak awal, yakni dengan memilih bibit unggul tahan serangan virus. Di samping, tentunya, memberantas hama vektornya, seperti kutu.

Untuk mengendalikan virus kuning, beberapa hal dapat dilakukan antara lain mengendalikan hama vektor virus kuning, seperti kutu kebul alias kutu putih (Bemisia tabaci) dengan memanfaatkan musuh alaminya, seperti Menochilus sexmaculatus yang merupakan predator alami kutu putih. Petani dapat juga menggunakan pupuk tambahan untuk meningkatkan daya tahan tanaman.

Penyakit lain yang menyerang tanaman cabai adalah bercak daun. Gejala tanaman cabai yang terkena bercak daun adalah kemunculan bercak bulat berwarna cokelat pada daun. Bercak ini biasanya berukuran sekitar 2,5 cm dengan pusat berwarna pucat sampai putih dengan tepi berwarna lebih tua.

Bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora capsici, penyakit ini bisa dibawa angin, air hujan, hama vektor, maupun alat pertanian. Adapun di antara faktor pendukung bercak daun adalah kondisi lingkungan yang selalu hujan.

Jika tanaman telanjur terinfeksi, beberapa hal dapat dilakukan seperti pemusnahan tanaman sakit dengan cara membakarnya. Dapat diberikan juga fungisida sesuai aturan jika serangan kain menghebat. Adapun untuk mencegahnya, petani dapatmemilih benih yang sehat dan bebas patogen. Di samping itu, perbaikan drainase dan pemilihan waktu tanam yang tepat juga perlu dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan serangan.

Penyakit lain yang menyerang tanaman cabai adalah busuk buah antraknosa alias patheken. Gejala awal busuk buah antraknosa adalah munculnya bercak berwarna hitam, oranye, dan cokelat. Luka yang timbul akan semakin melebar dan membentuk lingkaran konsentris berdiameter 30 milimeter atau lebih. Tak lama kemudian, buah akan berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan membusuk. Sebagai informasi, busuk buah antraknosa dapat menyerang buah muda maupun matang.

Cara mengendalikannya adalah pembersihan lahan dan tanaman sakit agar tidak menyebar. Petani dapat menggunakan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir. Karena itu, sebelum mulai menanam cabai, perlu dilakukan terlebih dulu pemilihan benih yang tahan terhadap penyakit. Penerapan kultur teknis berupa pergiliran tanaman, penggunaan benih sehat, dan sanitasi terhadap buah sakit juga perlu dilakukan.

Penyakit tanaman cabai yang tidak kalah menjengkelkan adalah keriting daun atau mosaik, yang disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV). Penyakit ini dapat menyebar dari satu tanaman ke lainnya akibat aktivitas serangga. Bila tanaman cabai terserang keriting daun, pertumbuhannya menjadi kerdil dan ukuran daun mengecil.

Untuk mengurangi kemungkinan penyebaran penyakit ini, perlu ditempuh upaya pemusnahan tanaman cabai yang telah diserang. Sedangkan untuk mencegah terjadinya penyakit ini, perlu dilakukan pemilihan benih tahan virus dan pemupukan yang tepat dan baik.

Menilik banyak dan beragamnya serangan terhadap tanaman cabai tersebut, tidak heran apabila masih banyak petani yang enggan menerapkan pengelolaan secara intensif terhadap budi daya cabai ini, karena hal itu tentu bermuara pada tingginya ongkos produksi yang a.l. untuk biaya pupuk, obat, dan perawatan lainnya.

Apabila semua upaya itu telah ditempuh, dan budi daya tanaman cabai yang kita lakukan masih saja terserang penyakit, upaya terakhir tinggal tawakkal dan berdoa kepada Allah saja. Karena ketika ikhtiar telah dilakukan tetapi musibah tetap singgah, satu-satu jalan hanyalah memasrahkan semuanya kepada Gusti Kang Akarya Jagat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Ini Jadwal SIM Keliling Sleman Bulan Desember 2024

Jogja
| Kamis, 12 Desember 2024, 07:27 WIB

Advertisement

alt

Nidji Rilis Dua Lagu Baru, Lampu Hati dan Zayang-zayang, Ini Maknanya

Hiburan
| Senin, 09 Desember 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement