OPINI: Bahaya Laten Obesitas
Advertisement
Obesitas merupakan kondisi medis ditandai adanya kelebihan lemak tubuh yang mengancam kesehatan. Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika Indeks Massa Tubuh (IMT)-nya sama atau lebih dari 30. IMT dihitung dengan membagi berat badan seseorang dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg/m²). Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT terbagi menjadi tiga yaitu obesitas ringan (30,0 – 34,9), obesitas sedang (35,0 – 39,9) dan obesitas berat atau morbid (diatas 40,0).
Saat ini, obesitas menjadi masalah kesehatan global yang serius. Data WHO melaporkan lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia mengalami obesitas pada 2022. Angka ini mencakup hampir 880 juta orang dewasa, serta 159 juta orang anak-anak dan remaja usia 5-19 tahun. Di Indonesia, laju prevalensi obesitas mencapai 15,4% dimana angka obesitas pada kalangan orang dewasa meningkat sebesar 6,9% dan telah berlipat ganda selama dua dekade terakhir. Tak hanya orang dewasa, obesitas juga menjadi perhatian serius pada anak-anak. Riset Kesehatan Dasar Nasional menunjukkan sekitar satu dari lima orang anak usia sekolah dasar, dan satu dari tujuh remaja di Indonesia mengalami obesitas.
Advertisement
Secara signifikan, obesitas dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental. Penumpukan lemak di arteri mengganggu aliran darah sehingga meningkatkan risiko sindrom metabolik, kolesterol, hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner. Orang yang mengalami obesitas juga lebih rentan mengidap diabetes mellitus tipe 2 akibat resistensi insulin. Obesitas juga meningkatkan resiko osteoarthritis dimana tekanan pada sendi dan tulang dapat menimbulkan rasa nyeri dan kekakuan. Disamping itu, obesitas dapat mempengaruhi hormon yang berperan dalam perkembangan berbagai jenis kanker seperti kanker payudara, usus besar, endometrium, ginjal, dan pankreas.
Kelebihan lemak tubuh juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan diantaranya penyakit refluks esofagus, penyakit hati berlemak non-alkoholik, gastroparesis, sindrom inflamasi usus dan hernia hiatus. Orang dengan obesitas juga rentan mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan akibat ketidakpuasan terhadap penampilan fisiknya. Obesitas dapat mempengaruhi fungsi reproduksi seperti infertilitas pada pria dan wanita serta komplikasi selama kehamilan. Obesitas juga berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan gangguan fungsi imun dan peningkatan risiko infeksi.
Strategi Pencegahan
Strategi pengelolaan risiko kesehatan akibat obesitas harus melibatkan pendekatan komprehensif meliputi modifikasi gaya hidup, intervensi medis, dan dukungan berbagai sektor secara berkelanjutan. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan melalui pengaturan diet nutrisi, latihan fisik, pola hidup sehat yang didukung penuh dan dibawah bimbingan ahli profesional. Diet nutrisi dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan padat berenergi rendah seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh. Selain itu juga, mengatur pola makan, mengurangi makanan atau minuman yang tinggi gula dan lemak jenuh, dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan.
Latihan fisik seperti olahraga rutin minimal 75 menit setiap minggunya pada orang dewasa dan minimal 60 menit setiap minggunya pada anak-anak terbukti efektif dalam mengatasi obesitas. Di sisi lain, pemerintah juga perlu menyediakan fasilitas transportasi dan infrastruktur tata kota dengan konsep ramah lingkungan serta cerdas untuk mendorong kebiasaan gaya hidup aktif di masyarakat.
Intervensi medis dapat dilakukan melalui pemeriksaan kesehatan secara teratur, terapi obat-obatan dan intervensi bedah. Intervensi medis menggunakan obat penurun berat badan harus dibawah pengawasan tenaga kesehatan professional. Prosedur pembedahan bariaktrik (seperti bypass lambung atau gastrektomi lengan) dapat menjadi alternatif pengobatan obesitas kategori parah. Selain itu, penderita obesitas harus berpartisipasi dalam program pendidikan kesehatan tentang pola hidup sehat.
Ahli kesehatan mental juga diperlukan untuk mengatasi pola makan emosional, masalah citra tubuh, dan faktor psikologis lain seperti depresi, kecemasan, dan harga diri rendah terkait dengan obesitas. Program latihan fisik yang aman dan efektif, dukungan sosial dari keluarga dan sesama penderita sangat dibutuhkan. Penderita juga harus membangun citra tubuh positif dan penerimaan diri untuk meningkatkan motivasi hidup sehat. Obesitas bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada bidang sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu, pengelolaan risiko kesehatan akibat obesitas harus melibatkan pendekatan komprehensif multidimensi dari berbagai sektor professional baik pemerintah, tenaga kesehatan, profesi, swasta dan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Berduel Malam Ini, Berikut Susunan Pemain Persija vs PSS Sleman
Advertisement
Jarang Disorot Media, Ternyata Ini Tunangan Lady Gaga, Punya Kekayaan Capai Rp9,8 Triliun
Advertisement
Advertisement
Advertisement