Advertisement

OPINI: Konstruktivisme Vs AI: Menyiapkan Mahasiswa Adaptif & Kompetitif di Masa Depan Digital

Nur Anisyah Rachmaningtyas, M.Pd Mengajar di S1 Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, UAD sejak 2023 Bidang keahlian penelitian dan evaluasi pendidikan
Jum'at, 09 Agustus 2024 - 23:37 WIB
Maya Herawati
OPINI: Konstruktivisme Vs AI: Menyiapkan Mahasiswa Adaptif & Kompetitif di Masa Depan Digital Nur Anisyah Rachmaningtyas, M.PdMengajar di S1 Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, UAD sejak 2023 Bidang keahlian penelitian dan evaluasi pendidikan

Advertisement

Paradigma pendidikan mulai bergeser. Mudahnya akses pendidikan di Indonesia menjadi salah satu pembahasan yang menarik untuk dibahas, meskipun tidak terlepas dengan beratnya biaya yang ditanggung.

Sering kali masyarakat menjadikan pendidikan sebagai alat mobilitas sosial untuk melahirkan pola pikir yang didasarkan pada psikososial secara tidak sadar.

Advertisement

Karena pada perkembangannya, orientasi pendidikan saat ini sudah bukan lagi bagaimana proses di dalamnya dan seperti apa pembelajaran dan materi yang diajarkan tetapi pada gelar pendidikan yang diperoleh nantinya.

Tidak hanya dari sisi diri mahasiswa, namun juga dorongan dari keluarga atas pengalaman orang tua yang kurang maksimal di masa lalu atau dengan membandingkan antar-anak dari kolega orang tua. Hal tersebut menjadi bagian dari bentuk terguncangnya kesehatan mental orang tua yang tidak mampu menyiapkan generasi yang siap dalam menghadapi jamannya sendiri.

Sejalan dengan hal tersebut, maka munculah generasi kredensial atau sering dikenal generasi yang tidak peduli dengan proses tetapi mengutamakan hasil pencapaian yang tinggi dan dapat digunakan untuk menunjukkan pada khalayak ramai atas pencapaian yang diperolehnya.

Inilah celah utama meningkatnya diploma disease yang menjamur dan menjadi fenomena yang saat ini sedang hangat diperbincangkan.

Di samping itu, disrupsi teknologi semakin mempermudah generasi kredensial untuk mempercepat langkah dalam meraih gelar pendidikan yang ingin dicapainya tersebut, salah satunya dengan berkembangnya teknologi artificial intelligence.

Inilah yang memunculkan tuntutan kesiapan kepemilikan kecakapan dan kemahiran segala aspek yang mampu mempermudah kehidupan manusia pada setiap harinya.

Adanya kecakapan dan kemahiran tersebut tentunya tidak sekonyong-konyong mampu muncul dalam diri seseorang, apalagi dengan teknologi artificial intelligence.

Hal tersebut tidak terlepas dari adanya proses pembelajaran di dalamnya termasuk pembelajaran konstruktivisme.

Pertama, membantu mahasiswa untuk mampu mengaktualisasikan proses dan hasil pemikirannya sendiri. Dosen memfasilitasi pembelajaran dengan memberikan permasalahan dan diselesaikan oleh mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya mengenal konten atau teori, tetapi melakukan penerapan yang tidak terlepas dengan teori yang ada.

Dosen juga memberikan kesempatan dalam berdiskusi dan debat terbuka dalam forum mahasiswa sehingga mahasiswa akan merasa dibekali untuk mengeksplorasi sudut pandang dan menghargai antar pemberi informasi.

Tidak lupa pula memberikan umpan balik dan mengarahkan bagaimana pemahaman dan sudut pandang mahasiswa dalam menyikapi suatu permasalahan. Hal tersebut tentunya akan menghasilkan produk berupa karya projek mandiri mahasiswa. 

Kedua, pembelajaran yang didasarkan pada konstruktivisme mampu mengakomodasi perubahan sosial kultural pada mahasiswa sehingga mampu bertindak secara sadar dalam berinteraksi dengan siapapun. Mahasiswa dapat membangun sendiri pengetahuan dasarnya sesuai pengalamannya, sesuai cerita yang dia peroleh dari lingkungan sekitar bahkan dari kejaian yang ia saksikan secara nyata.

Ketiga, pembelajaran konstruktivisme didasarkan pada empat pilar dari UNESCO yakni learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Pada proses belajar berbasis konstruktivisme memiliki keunggulan meliputi pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa, bermakna, mendorong pemikiran kritis mahasiswa.

Oleh karenanya, menjadi penting untuk diketahui beberapa pendekatan pembelajaran yang tepat dalam melatih konstruktivisme pada diri mahasiswa, seperti problem based learning, project based learning, cooperative group investigation maupun inquiry learning.

Berdasarkan paparan di atas, pembelajaran konstruktivisme penting untuk dipelajari dengan harapan mampu memfokuskan proses belajar mahasiswa untuk mampu sadar dan adaptif pada dunia nyata.

Selain itu, mahasiswa mampu menunjukkan bukti konkret pembelajaran dikelas dengan relevansi dunia nyata yang terfokus pada dunia kerja atau dunia usaha dunia industri dan mendorong adanya kolaborasi yang terdiferensiasi dengan banyak hal.

Dengan demikian, pemecahan masalah bagaimana pentingnya melakukan pembelajaran konstruktivisme dalam perkuliahan dengan jenjang psikologis mahasiswa adalah dengan membantu mengonstruksi pengetahuan sesuai dengan realita yang ada dalam kehidupan, sehingga tidak hidup terkungkung dengan dunia khayalan atau dunia maya. (***)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dampak Perubahan Iklim, Tanaman Cabai-Melon Petani Pesisir Kulonprogo Banyak Roboh

Kulonprogo
| Senin, 16 September 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Glamor! Ini Deretan Selebritas Terkaya

Hiburan
| Jum'at, 13 September 2024, 21:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement