Advertisement

OPINI: Kartini Membangun untuk Indonesia Gemilang

Gunawan Wicaksono
Rabu, 24 April 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Kartini Membangun untuk Indonesia Gemilang Gunawan Wicaksono - JIBI

Advertisement

Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), makin tinggi peran perempuan dalam perekonomian suatu negara maka kesejahteraan rakyatnya akan lebih baik. Data BPS menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan memang sudah mengalami perkembangan dalam satu dekade terakhir.

Data BPS menunjukkan pada 2013, TPAK perempuan masih 49,9% sementara laki-laki 83,6%. Sepuluh tahun kemudian, pada 2023, TPAK perempuan naik menjadi 60,2% dan laki-laki 86,9%. Peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja sejalan dengan makin majunya tingkat pendapatan.

Advertisement

Data World Bank menunjukkan PDB Indonesia tembus di atas US$1 triliun pada 2018 dan terus meningkat hingga US$1,4 triliun pada 2023. Secara rata-rata (data PBB), wanita menerima 23% penghasilan lebih rendah daripada pria di dunia kerja dan menghabiskan jam kerja tidak dibayar tiga kali lebih banyak dibandingkan pria. Pemberdayaan perempuan dalam ekonomi akan membuat ketersediaan tenaga kerja menjadi lebih besar. Bagaimana hal itu dapat terjadi?

Bayangkan perekonomian itu seperti sebuah mesin raksasa. Mesin raksasa ini memiliki input modal (capital) dan tenaga kerja (labor) serta teknologi. Input itu selanjutnya disebut sebagai faktor produksi dan proses mesin bekerja sebagai fungsi produksi. Seandainya penggunaan faktor produksi modal, tenaga kerja dan teknologi ditingkatkan maka output perekonomian akan meningkat.

Faktor produksi berpengaruh positif terhadap output. Namun, sebagaimana pohon tidak akan bertambah tinggi tidak terbatas, maka jumlah jam kerja yang dapat dihasilkan dari satu pool tenaga kerja juga terbatas. Untuk setiap pekerjaan, ada kebutuhan skill dan knowledge spesifik yang diperlukan.

Memperbesar ekstraksi tenaga kerja saja dari pool yang tersedia tidak akan secara optimal memenuhi kebutuhan skill pekerjaan yang dibutuhkan. Itu artinya, hanya dengan meningkatkan peran perempuan sebagai bagian faktor produksi tenaga kerja, akan meningkatkan pemenuhan kesempatan kerja itu. Bahkan, lebih jauh, endowment teknologi dan keahlian yang diciptakan akan mampu mendorong kreativitas yang lebih tinggi yang meningkatkan teknologi. Ini juga meningkatkan output perekonomian.

Sayangnya, banyak yang berhenti sampai di situ saja. Banyak negara maju terjebak di dalam pemberdayaan perempuan dalam satu periode waktu. Dalam jangka panjang ini tidak berkelanjutan (sustainable). Jay Forrester, seorang tokoh pencetus dalam System Dynamics, menyatakan kebanyakan problem yang ditemui dalam suatu sistem bukan berasal dari luar sistem itu, tapi justru berasal dari dalam sistem itu sendiri.

Ini seperti kebijakan mengambil ikan sebanyaknya dari satu kolam hanya akan memperbesar output sekali saja dan selanjutnya justru mengecil output-nya. Memperbesar pool tenaga kerja saja, tanpa memperhatikan keberlanjutannya, justru dapat berdampak negatif dalam jangka panjang.

Pemberdayaan perempuan dalam perekomian tidak terbatas hanya memperluas pool tenaga kerja melalui pemberian dan perluasan hak bekerja dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan namun juga melalui kebijakan yang memastikan proses regenerasi pelaku ekonomi berlangsung dengan mulus. Itu artinya kebijakan seperti pencegahan dan penghapusan stunting anak-anak, program kesehatan ibu dan anak, pendidikan usia dini, bahkan program bagi para warga lanjut usia agar tetap produktif, harus dilakukan, sejalan dengan kebijakan perekonomian lainnya.
Tanpa itu, maka kita menyaksikan perlambatan ekonomi yang terjadi di hampir semua negara maju termasuk Amerika, Jerman, Jepang, Korea Selatan bahkan China.

Peran Wanita
Pertumbuhan output sesaat tanpa diimbangi regenerasi pelaku ekonomi dan peningkatan permintaan domestik dan hanya mengandalkan ekspor akan menggerus pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang.

China merelaksasi peraturan dan memperbolehkan kelahiran sebanyak mungkin. Jepang memberikan subsidi agar warganya mau melahirkan. Amerika bahkan mendorong imigrasi, agar kebutuhan pool tenaga kerja dan permintaan domestik dapat dipenuhi dalam waktu singkat.

Perayaan Kartini menjadi salah satu cara meningkatkan peran wanita mendorong perekonomian. Perempuan harus menjadi bagian penting dalam pembangunan Indonesia. Salah satunya, Bank Indonesia Jawa Tengah melaksanakan program Kartini Membangun Negeri (Kabari) sejak 2022. Program ini membantu kaum wanita agar dapat produktif sehingga turut meningkatkan kesejahteraan keluarga. Claudia Goldin, pemenang Nobel Ekonomi 2023 menyatakan kebangkitan emansipasi wanita dalam perekonomian merupakan hasil dari kebijakan bertahun-tahun dan bukan hasil yang instan. Jalan masih panjang, pekerjaan rumah masih banyak. Kita harus bahu membahu mendorong kemajuan wanita bagi Indonesia yang lebih gemilang.

Gunawan Wicaksono
Ekonom Ahli Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Info Stok dan Jadwal Donor Darah di DIY Hari Ini 4 Mei 2024

Jogja
| Sabtu, 04 Mei 2024, 10:07 WIB

Advertisement

alt

Lirik Lengkap Lagu "Tak Selalu Memiliki" Lyodra, OST Film Ipar Adalah Maut

Hiburan
| Jum'at, 03 Mei 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement