Advertisement

OPINI: Strategi Keluar dari Middle Income Trap

Arwin Rasyid
Rabu, 05 Juni 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Strategi Keluar dari  Middle Income Trap Arwin Rasyid - JIBI

Advertisement

Selama hampir 30 tahun, Indonesia terperangkap dalam jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap (MIT). Sejak 1993—2022, meski terdapat peningkatan pendapatan per kapita, tetapi sulit mencapai pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan. Dalam draft RPJPN 2025—2045 disebutkan, ada dua skenario Indonesia keluar dari MIT dalam 20 tahun ke depan, yakni skenario transformatif dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% dan keluar MIT pada 2041, dan skenario optimistik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% dan target keluar MIT pada 2038. 

Presiden terpilih 2024—2029, Prabowo Subianto, dalam Qatar Economic Forum dua minggu lalu menyampaikan optimismenya mengantarkan Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi 8% beberapa tahun ke depan. Sebuah aspirasi yang sejalan dengan skenario optimistik. Dalam presentasi di Ikatan Alumni UI, Chatib Basri—Menteri Keuangan era Presiden SBY—menegaskan bahwa kedua skenario tersebut memerlukan transformasi ekonomi yang berhasil, di mana salah satu faktor penentu keberhasilannya adalah transformasi digital.

Advertisement

Transformasi digital berawal dari kesiapan membangun akses Internet high speed, unlimited dengan harga murah bahkan gratis, sehingga terjangkau masyarakat berdaya beli rendah. Layanan Internet cepat, murah dan unlimited adalah kata kunci keberhasilan transformasi digital. Akses Internet secara signifikan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. 

Ada banyak manfaat internet terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, antara lain: terciptanya peluang usaha dan lapangan pekerjaan di desa secara online, termasuk pekerjaan jarak jauh.  Tinggi rendahnya kontribusi Internet terhadap pertumbuhan ekonomi bergantung penetrasi Internet dan kualitas Internet yang digunakan. 

Penulis menggarisbawahi bahwa yang dimaksud “Internet” dalam artikel ini adalah internet fixed broad band yang high speed dan unlimited, untuk membedakan dengan Internet seluler. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi Internet Indonesia pada 2024 sebesar 79,5%. Sebesar 74,3% pengguna mengakses Internet dari telepon seluler, sedangkan 22,4% mengakses dari wifi rumah melalui broadband.  Data itu membuktikan bahwa tingkat penetrasi Internet Indonesia termasuk tinggi, tetapi belum berkualitas mengingat akses Internet melalui seluler tergolong mahal dan limited.  

Selain kualitas penetrasi yang rendah, survei APJII (2024) juga menunjukkan hanya 1% pengguna yang membayar lebih dari Rp500.000 per bulan untuk layanan Internet. Sedangkan pengguna yang membayar di bawah Rp300.000 per bulan sebanyak 75,2%.  

Era Baru 

Kehadiran Elon Musk dengan Starlink-nya di Bali, membuka era baru layanan Internet satelit orbit rendah. Hendaknya menjadi wake up call bagi Internet Service Provider (ISP) besar untuk mencari strategic positioning yang baru, mengingat layanan Starlink yang high speed dengan coverage luas hingga pedalaman, sedangkan tarif dan biaya pasang alatnya masih sangat mahal. Baru-baru ini, penulis berkesempatan meninjau lokasi proyek milik perusahaan listed company yang mengelola jaringan serat optik bekerja sama dengan BUMN PT KAI—di mana sepanjang 3.000 km jalur kereta api di Jawa, mereka telah membangun mini data center di setiap 5 km.  

Fakta yang menarik adalah mereka dapat memberikan layanan Internet fixed broad band ke rumah-rumah penduduk sepanjang jalur KA dengan harga Rp99.000 per bulan. Penulis secara random berkunjung ke rumah-rumah pelanggan dan menyaksikan sendiri antusiasme mereka.  

Fakta lainnya, meski proyek tersebut masih trial dan baru melayani 40.000 pelanggan di wilayah Citayam Bogor, tetapi take up rate hampir mencapai 5.000 pelanggan per bulan. Sebuah potensi yang luar biasa. Dapat dibayangkan, sepanjang rel kereta radius 1 km ada 11 juta rumah tangga dan dalam 5 km ada 23 juta rumah tangga yang umumnya berdaya beli rendah.

Jika ada tiga pengguna setiap rumah, maka warga yang menikmati Internet cepat, unlimited yang murah bahkan gratis mencapai 69 juta orang. Melihat antusiasme masyarakat dan telah tersedianya layanan Internet high speed dan unlimited dengan harga Rp100.000 per bulan, saat-nya pemerintah terutama Kemenkominfo dan BUMN telco besar lainnya all out mengembangkan layanan broadband berkecepatan tinggi, unlimited dan murah bahkan gratis bagi sekolah, UMKM dan masyarakat berpenghasilan rendah. 

Telkom dulu pernah menggelar program CSR Internet Goes to School yang memberikan layanan Internet gratis bagi sekolah-sekolah di Indonesia. Sebuah inisiatif yang layak digiatkan kembali termasuk oleh telco-telco besar, tentu dengan teknologi Internet broadband yang jauh lebih cepat dan unlimited.  

Pogram “Makan Siang Gratis” atau “Makan Bergizi Gratis” tentu akan berdampak jauh lebih besar lagi dan terasa lengkap jika dapat dilaksanakan bersamaan dengan Program “Internet Cepat, Unlimited dan Murah bahkan Gratis” di sekolah-sekolah. Begitu pula program 2 juta rumah akan memberi nilai berlipat jika di setiap rumah yang dibangun terpasang akses Internet broad band unlimited dengan biaya murah. Dengan demikian, target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam beberapa tahun ke depan, sangat mungkin terwujud dan Indonesia dapat segera keluar dari middle income trap. 

 

 

Arwin Rasyid

Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk. (2005—2007), Direktur Utama Bank CIMB Niaga (2008-2015)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Reformasi Kalurahan, Momentum Penyederhanaan Layanan Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

Jogja
| Rabu, 26 Juni 2024, 18:47 WIB

Advertisement

alt

Film Dokumenter Karier Bermusik Penyanyi Rossa Segera Diluncurkan

Hiburan
| Selasa, 25 Juni 2024, 23:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement