Advertisement

OPINI: Desember, Hujan, Liburan, & Kemacetan

Muhammad Arif Rahman
Senin, 10 Desember 2018 - 07:25 WIB
Budi Cahyana
OPINI: Desember, Hujan, Liburan, & Kemacetan Macet di Malioboro. - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Kemacetan menjadi permasalahan transportasi yang fundamental di DIY. Secara ekonomi, fungsi transportasi selain untuk memperlancar arus barang dan jasa kebutuhan masyarakat (distribusi) juga untuk memperlancar aktivitas dan mobilitas penduduk. Oleh karena itu permasalahan transportasi secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat.

Membahas transportasi tidak bisa lepas dari pembahasan mengenai sarana prasarana transportasi, termasuk di dalamnya kendaraan bermotor. Begitu pun di DIY. Jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Data Badan Pusat Statistik DIY mengungkapkan bahwa peningkatan jumlah kendaraan bermotor di DIY dari tahun ke tahun berada di atas 10 %. Jumlah itu pun belum termasuk kendaraan bermotor yang memiliki pelat nomor luar DIY yang beredar di wilayah DIY maupun kendaraan luar daerah yang sekedar melintas wilayah DIY.

Advertisement

Peningkatan jumlah kendaraan tentu saja memengaruhi volume kendaraan bermotor yang beredar di wilayah DIY, sehingga mengakibatkan kepadatan penggunaan jalan. Apalagi peningkatan jumlah kendaraan bermotor tersebut tidak mampu diimbangi dengan peningkatan jumlah ruas jalan baru. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan jalan, atau jikapun ada lahan yang dapat digunakan biaya pembebasan lahannya sangat besar.

Hal itulah yang menjadi penyebab utama terjadinya kemacetan di DIY. Dalam kondisi normal sehari-hari kita bisa jumpai di beberapa ruas jalan terdapat penumpukan kendaraan setiap pagi dan sore hari, pada jam berangkat maupun jam pulang sekolah atau kerja. Setiap akhir pekan pun jamak kita jumpai kepadatan kendaraan yang cukup parah di beberapa ruas jalan protokol di wilayah DIY, terutama di sekitar pusat perbelanjaan, pusat perekonomian maupun akses ke tempat wisata.

Bahkan Jalan Lingkar atau Ring Road yang awalnya dulu digunakan sebagai jalan arteri pemecah kepadatan di pusat kota DIY, khususnya untuk kendaraan pelintas antarkota, kini pun tak luput dari kemacetan.

Hujan & Liburan

Bulan ini DIY akan dihadapkan dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi, mendekati puncak musim hujan yang diprediksi oleh BMKG berada di Januari 2019. Dengan intesitas curah hujan yang semakin tinggi, hampir setiap hari DIY akan diguyur hujan. Hal tersebut secara tidak langsung dapat memengaruhi pilihan kendaraan. Warga yang berangkat kerja, mengantar sekolah, atau beraktivitas lainnya tentu saja tidak ingin kehujanan, sehingga sebagian besar pemilik kendaraan roda empat tentu memilih menggunakan kendaraannya tersebut di saat hujan. Hal tersebut mempengaruhi jumlah kendaraan roda empat yang beredar dalam waktu tertentu, sehingga memperparah kemacetan yang ada.

Dalam waktu dekat DIY juga akan menghadapi musim liburan. Liburan Natal dan Tahun Baru 2019 akan membuat DIY di datangi banyak wisatawan, dikarenakan DIY masih menjadi salah satu destinasi wisata populer di Indonesia. Seperti biasa jalanan di Kota Jogja dan sekitarnya akan semakin sering dilewati bus-bus parawisata yang menambah volume kendaraan.

Tidak itu saja, banyak juga wisatawan yang memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi untuk berwisata di wilayah DIY. Tentu saja hal ini juga memengaruhi jumlah kendaraan yang beredar dalam waktu tertentu dan menambah parah kemacetan yang ada.

Tiap Desember, dua hal tersebut, hujan dan liburan, terjadi bersamaan. Masing-masing berpengaruh cukup besar dalam kemacetan di DIY. Membayangkan hujan dan liburan datang bersamaan sama seperti membayangkan kemacetan yang parah. Hal ini sebenarnya bukan hal yang baru terjadi di DIY. Setiap tahun terjadi, dan sepertinya terus bertambah parah.

Langkah Pemerintah

Selain penambahan atau pembangunan ruas jalan baru yang semakin sulit dari tahun ke tahun, selama ini pemerintah daerah melakukan upaya lain untuk mengatasi kemacetan di DIY, di antaranya dengan melakukan rekayasa lalu lintas yaitu dengan penerapan jalan satu arah, buka tutup akses jalan tertentu, dan pengaturan waktu lampu merah. Selain itu penataan parkir, dan penyediaan sarana angkutan umum,  seperti bus Trans Jogja maupun armada shuttle penunjang wisata, juga telah dilakukan. Namun, langkah-langkah tersebut belum berhasil secara utuh mengatasi kemacetan di DIY. Rekayasa lalu lintas pada intinya hanya mengatur arus kendaraan supaya tidak menumpuk dan terjadi kepadatan pada titik tertentu.

Cara yang paling logis mengatasi kemacetan adalah dengan menciptakan perbandingan terbaik antara volume kendaraan dan ruas jalan yang ada. Jika penambahan ruas jalan baru semakin sulit dilaksanakan, mungkin perlu dipikirkan membatasi jumlah kendaraan di DIY ini. Pembatasan jumlah kendaraan dapat dilakukan dengan pemberlakuan ganjil-genap seperti yang sudah dilaksanakan di Jakarta ataupun dengan pembatasan usia kendaraan. Selain itu pembangunan sarana transportasi umum yang terintegrasi dan memiliki cakupan wilayah yang lebih luas harus dilakukan untuk mengubah perilaku masyarakat dari kecenderungan penggunaan kendaraan pribadi ke penggunaan sarana transportasi umum.

Mungkin saja, bila hal-hal tersebut belum bisa dilakukan, setiap tahun kita akan tetap menikmati fenomena ini. Desember, hujan, liburan, dan kemacetan.

*Penulis adalah mahasiswa Magister Administrasi Publik Fisipol UGM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal KA Prameks Stasiun Tugu Jogja-Kutoarjo, Kamis 2 Mei 2024

Jogja
| Kamis, 02 Mei 2024, 03:47 WIB

Advertisement

alt

Aghniny Haque Tertantang Perankan Dua Karakter di Film Barunya Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

Hiburan
| Rabu, 01 Mei 2024, 16:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement