Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam

Suciati
Rabu, 13 Maret 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
HIKMAH RAMADAN: Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam Suciati - Dok. Pribadi

Advertisement

Setiap manusia diciptakan dengan dua unsur yang saling melengkapi yaitu jasmani atau fisik dan mental atau jiwa. Keduanya memiliki tugas masing-masing untuk menyempurnakan manusia dalam sebaik-baik ciptaan Allah SWT. Pembahasan tentang jiwa dalam perspektif Al-Qur’an dibahas di surat As-Syams.

Di dalamnya Allah berfirman beberapa kali: “Demi Matahari, demi bulan, demi siang, demi malam, demi langit, demi Bumi”. Selanjutnya Allah bersumpah: “Demi jiwa serta penyempurnaan [ciptaan]Nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya [jalan] kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang mensucikannya [jiwa itu]. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”.

Advertisement

Pada ayat ke-7 dalam surat ini, dengan gamblang Allah menyatakan sumpahnya pada jiwa yang diciptakan secara sempurna. Dengan jiwa, Allah memberikan pilihan kepada manusia untuk menetapkan satu jalan yaitu jalan fasik atau jalan takwa.

Dalam Al-Qur’an, jiwa atau roh sering juga disebut an-nafs. Kata ini dapat dijumpai sebanyak 297 kali, yang digunakan dalam berbagai bentuk makna. Maslow dan Mittlemen, menguraikan pandangannya dengan menyebut mental sehat dengan manifestation of psychological health. Maslow menyebut kondisi yang sehat secara psikologis itu dengan istilah self actualization sekaligus sebagai pucak kebutuhan dari teori hierarki kebutuhan yang disusunnya.

Manifestasi mental yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan Mittlemenn tercermin dari sejumlah dimensi kesehatan mental yakni sebagai berikut: adequate feeling of security (rasa aman yang memadai), adequate self evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai), adequate spontaneity and emotionality (memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengan orang lain), efficient contact with reality (mempunyai kontak yang efisien dengan realitas), adequate self knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar), integration and consistency of personality (kepribadian yang utuh dan konsisten), adequate of life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar), ability to learn from experience (kemampuan belajar dari pengalaman), ability to satisty to requirements of the group (kemampuan memuaskan tuntutan kelompok), adequate emancipation from the grup or culture (mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok dan budaya).

Kejiwaan dan Agama
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan kesucian jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang kepada sesuatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah serupa itu akan memberikan sikap optimis pada seseorang sehingga akan muncul perasaan positif seperti bahagia, rasa senang, puas, merasa sukses, merasa dicintai atau rasa aman.

Adapun beberapa ayat yang memaparkan tentang gangguan mental antara lain QS. AlBaqarah 2:10: “Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. QS Al Baqarah ayat 153: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. QS Ar Ra’ad 13:28: “[yaitu] orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Selanjutnya QS Yunus 57: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat [agama] dari Tuhanmu sebagai penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam, dada [rohani], sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman".

Berikutnya QS Ar Ruum 30:30: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; [tetaplah atas] fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. [Itulah] agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Ibadah sebagai psikoterapi manusia yang mengaku hamba Allah pasti terbiasa melaksanakan ibadah-ibadah mahdhah. Namun, sejauh mana ibadah itu dilakukan dan pengaruhnya terhadap jiwa? Beberapa bentuk ibadah dan efeknya secara psikis, yang kemudian dikenal dengan psikoterapi melalui amalan ibadah, antara lain melalui salat, zikir, puasa, membaca Al-Qur’an, dan ibadah haji.

Suciati
Dosen Ilmu Komunikasi UMY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Disiapkan Dana Rp20 Miliar, Begini Progres Pembangunan TPST Dingkikan

Bantul
| Senin, 29 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Lirik Lagu SPOT, Duet Zico dengan Jennie BLACKPINK yang Hebohkan BLINK

Hiburan
| Senin, 29 April 2024, 12:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement