Advertisement

OPINI: Membiayai Makan Siang Gratis

Bambang Setiaji
Rabu, 13 Maret 2024 - 07:07 WIB
Bhekti Suryani
OPINI: Membiayai Makan Siang Gratis Bambang Setiaji - JIBI

Advertisement

Kemenangan paslon Prabowo Gibran dengan program sosialnya yang sangat terkenal, yakni makan siang gratis, menenggelamkan ingatan kepada program-program penting lainnya. Ini program yang benar-benar baru dan masif. Dulu pernah ada makan siang untuk SD, tetapi sesekali. Demikian juga minum susu. Hal tersebut merupakan bantuan dari lembaga internasional.

Magnitude dampak makan siang ini sangat bergantung pada luasan penerima dan tarif per porsi. Jika program diberikan sampai sekolah menengah atas, jumlahnya sekitar 53 juta porsi per hari. Dengan perincian SD 24 juta, SMP 10 juta, SMA 10 juta anak, dan sisanya untuk sekolah pra-SD dan sekolah lainnya.

Advertisement

Jika setop di sekolah lanjutan pertama, jumlahnya sekitar 43 juta porsi per hari. Jika hanya sekolah dasar dan pra-SD, jumlahnya 33 juta porsi sehari. Jika program berhenti di sekolah dasar saja, kiranya tujuan perbaikan gizi dan postur tubuh masih kurang nendang, karena anak SMP masih berusia 13—15 tahun adalah masa golden age pertumbuhan. Jika program sampai SMA, ini seperti jaring pukat harimau, yakni mau menjaring sekitar 30% kelompok bawah, tetapi menjaring juga 70% kelompok yang tidak relevan.

Alasan anggaran berhenti di SMP atau 33 juta porsi adalah masuk akal. Masuk di sekolah menengah atas adalah umumnya keluarga yang sudah lewat dari masalah makan siang. Sebaliknya, SD dan SMP masih merupakan wilayah ekonomi bawah. Itu pun sebenarnya yang benar-benar memerlukan bantuan makan siang hanya setengahnya. Secara kasar, jika per porsi Rp15.000, dari tiga perhentian tersebut di atas, diperlukan Rp200-an triliun, Rp300-an triliun, dan Rp400-an triliun, dengan catatan berhenti makan gratis saat libur sekolah.

Masuk sekolah akan menjadi kerinduan bagi anak anak keluarga terbawah. Besar anggaran ini kurang lebih 10% dari APBN dan atau 50%—60% dari komitmen anggaran pendidikan. Membebankan dana sebesar ini kepada Kemendikbud tentu tidak bijaksana, tentu saja akan terjadi kekacauan. Sebaiknya ini merupakan dana khusus yang merupakan tugas dari menteri sosial yang salah satu urusannya adalah masalah kemiskinan dan kekurangan pangan.

Dampak Ekonomi

Alokasi uang negara sebesar itu untuk makan siang bisa menjadi pemantik perkembangan ekonomi lokal bahkan pedesaan. Pusaran ekonomi pada sirkuit bawah akan terjadi pada dropping berupa uang yang harus dibelanjakan di pasar lokal. Untuk sementara, mungkin akan terjadi kelangkaan dengan adanya shock atau kejutan permintaan ini. Kelangkaan ini rawan menjadi alasan usil elite ekonomi untuk dropping bahan dan efek pusaran sirkuit ekonomi bawah ini tidak terjadi.

Rakyat bawah akan berubah dari kemungkinan partisipasi ke kemungkinan menjadi penonton, fenomena puluhan tahun yang tidak pernah terselesaikan. Kelangkaan ini bisa menjadi tanda agar generasi Z di desa masuk ke sektor perdagangan dengan mendatangkan bahan dari daerah lain, dan lambat laun akan membangkitkan industri penanaman dan peternakan serta perikanan.

Supaya berbagai industri ini tumbuh seimbang, pemerintah bisa mengeluarkan daftar menu yang tentu saja tidak seragam per daerah, yang intinya membangkitkan produksi makanan pokok, gula, dan protein sesuai potensi daerah, mulai dari daging sapi dan kambing, ikan laut dan tawar, ayam dan telur, hingga susu. Sebagaimana disampaikan di atas bahwa sasaran utama program ini adalah 30% anak sekolah dari keluarga terbawah, tetapi karena sulitnya menentukan, mungkin akan diberikan sampai dengan 60%, dan tidak memasukkan anak-anak SMA yang selama ini bisa dianggap mempunyai kemampuan ekonomi.

Untuk tujuan mendorong pusaran ekonomi lokal dan perdesaan, sebenarnya memberikan makan siang sampai SMA sebenarnya baik saja. Hanya saja, tekanan APBN mungkin akan lebih hebat. Untuk tujuan yang terakhir ini, maka perlu rafinasi atau penyaringan resipien. Secara gampang, mengurangi resipien 10 jutaan adalah berhenti di SMP. Namun, yang lebih tepat sasaran lagi, ini diberikan kepada semua yang membutuhkan saja sampai level SMA dengan cara mendaftar dan seleksi.

Cara di atas akan mengurangi tekanan APBN dan tetap menyasar kelompok paling rentan gizi. Akan tetapi, tentu pusaran ekonomi bawah tidak sehebat jika semua anak makan siang gratis. Dan, ada satu tujuan lain dari makan siang, yakni kebersamaan dan mengajarkan tertib, disiplin, antre, serta kejujuran dan toleransi, misal pada batasan mengambil lauk dan sayur. Banyak hal dan nuansa pendidikan di dalamnya, termasuk adab dan berdoa. Jika dilakukan dengan seleksi, maka makan siang gratis diubah menjadi nasi boks dan diambil dengan diam-diam khusus bagi yang mendaftar.

Kerugian sosial terjadi dengan tiadanya acara makan siang bersama diimbangi dengan kemungkinan berbagi di rumah dengan adik atau kakak bahkan ibu bapak atau kakek nenek. Sistem seleksi makan siang ada baiknya terbuka. Untuk menaikkan magnitude ekonominya, bisa ditambah porsinya apabila resipien memiliki manula di rumah.

Cara lain untuk mempertahankan pusaran ekonomi bawah dan sekaligus mengurangi tekanan APBN adalah dengan mengizinkan kelompok atas urunan. Kelompok atas misalnya ikut membiayai 50% harga porsinya. Dengan demikian, program akan berubah menjadi partnership pemerintah dan swasta. Urunan kelompok atas ini diharapkan bisa membiayai 25% anggaran makan siang gratis tersebut.

Bambang Setiaji
Ketua Majelis Pendidikan Tinggi dan Penelitian Muhammadiyah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Disiapkan Dana Rp20 Miliar, Begini Progres Pembangunan TPST Dingkikan

Bantul
| Senin, 29 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Lirik Lagu SPOT, Duet Zico dengan Jennie BLACKPINK yang Hebohkan BLINK

Hiburan
| Senin, 29 April 2024, 12:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement