Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Problem dan Ambiguitas Otoritas Agama di Ruang Digital

Firly Annisa
Jum'at, 15 Maret 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
HIKMAH RAMADAN: Problem dan Ambiguitas Otoritas Agama di Ruang Digital Firly Annisa - Dok. Pribadi

Advertisement

Di era digital yang terus berkembang, tren penyebaran informasi dan pengaruhnya telah mengalami perubahan dramatis. Salah satu aspek yang semakin memunculkan ketertarikan adalah peran influencer di ranah digital.

Para influencer, yang dulu hanya muncul sebagai individu dengan pengalaman atau konten kreatif, kini telah menjadi pilar dalam membentuk opini dan perilaku masyarakat secara luas. Meskipun pada awalnya mereka dapat dianggap sebagai pelopor positif dalam memperkenalkan tren dan merekomendasikan produk, peran mereka tidak selalu bersifat konstruktif. Bahkan, fenomena influencer di ruang digital menjadi suatu perdebatan karena berbagai alasan yang mencakup pengaruh besar terhadap masyarakat, pemasaran yang kadang-kadang ambigu, hingga berdampak negatif terhadap norma dan nilai-nilai.

Advertisement

Influencer di dunia digital nyatanya hari ini memiliki daya tarik yang signifikan, membangun komunitas pengikut yang besar dan setia. Mereka tidak hanya mempromosikan produk atau gaya hidup, tetapi juga berperan sebagai perantara yang kuat dalam menyampaikan pesan dan pandangan tertentu. Seiring dengan itu, persoalan muncul terutama dalam konteks ketidakjelasan dan ambiguitas yang terkait dengan sumber daya yang memberikan mereka pengaruh.

Banyak influencer yang mungkin tidak transparan dalam hubungan dengan merek atau produk yang mereka promosikan, yang seakan-akan hal yang authentic (asli atau benar). Selain itu, berbagai kontroversi muncul sehubungan dengan keaslian dan integritas informasi yang disajikan oleh influencer, maka perlu untuk memahami budaya influencer digital tidak hanya soal promosi dan ketenaran, namun juga mengkapitalisasi keintiman (capitalizing intimacy).

Begitu pula dalam ranah otoritas keagamaan. Influencer digital yang menggabungkan peran keagamaan dalam ranah digital seringkali terjebak dalam ambiguitas dan problematik yang dapat mempengaruhi kredibilitas dan otoritas keagamaan mereka. Pertama-tama, platform digital memberikan ruang bagi pembentukan citra yang sangat terkendali, dan influencer dapat memilih bagian-bagian dari kehidupan mereka yang ingin dibagikan. Dalam konteks keagamaan, ini dapat menciptakan kesan selektif terhadap praktik keagamaan atau nilai-nilai spiritual yang ditampilkan, meninggalkan pertanyaan tentang ketulusan dan keteguhan keyakinan yang mereka sampaikan.

Pengikut (followers) dianggap menjadi modal sosial yang penting sebagai validasi bahwa influencer memiliki otoritas kebenaran menjadi problematik.
Dalam upaya untuk mendapatkan perhatian dan dukungan pengikut, beberapa influencer dapat cenderung menciptakan konten yang lebih provokatif atau kontroversial, bukan berdasarkan kualitas atau kebenaran pesan yang mereka sampaikan. Ini dapat mengarah pada manipulasi dan strategi pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi, tanpa mempertimbangkan dampak etis atau integritas informasi yang disampaikan.

Selain itu, algoritma platform media sosial memainkan peran besar dalam menentukan visibilitas konten dan pengaruh influencer. Algoritma ini cenderung menyoroti konten yang mendapatkan respons tinggi, termasuk like dan komentar, sehingga menciptakan insentif bagi influencer untuk memprioritaskan jumlah interaksi daripada substansi atau kualitas pesan.

Hal ini dapat mengakibatkan fokus yang terlalu besar pada aspek-aspek permukaan, meninggalkan konten yang dapat memberikan nilai substansial terabaikan. Dengan begitu, pengaruh influencer yang terpusat pada like, comments, dan algoritma dapat menjadi problematik karena dapat merugikan kualitas konten dan tujuan yang lebih mendalam, serta mengarah pada dinamika yang seringkali memproduksi konten untuk meraih atensi dan keviralan semata, dan justru jauh dari esensi pesan beragama.

Otoritas Keagamaan
Otoritas keagamaan di ruang digital perlu diberi perhatian karena keberadaannya memiliki dampak signifikan terhadap dinamika sosial, nilai-nilai, dan pembentukan opini di masyarakat. Pertama-tama, ruang digital telah menjadi tempat utama bagi berbagai dialog keagamaan, di mana otoritas keagamaan berperan dalam membimbing dan menyampaikan ajaran-ajaran keagamaan kepada pengikutnya.

Dalam era informasi saat ini, masyarakat mencari petunjuk spiritual dan nilai-nilai moral melalui platform digital, sehingga otoritas keagamaan memiliki peran penting dalam membentuk persepsi dan pemahaman keagamaan. Selain itu, otoritas keagamaan di ruang digital perlu diberi perhatian karena pengaruhnya yang dapat mencapai audiens yang lebih luas dan beragam. Platform media sosial memungkinkan otoritas keagamaan untuk terhubung dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, budaya, dan agama.

Oleh karena itu, tanggung jawab otoritas keagamaan untuk menyampaikan pesan yang inklusif, mempromosikan dialog antaragama, dan memberikan pemahaman yang mendalam menjadi semakin penting di era digital ini. Selain itu, perhatian pada otoritas keagamaan di ruang digital juga relevan dalam mengatasi tantangan seperti penyebaran informasi palsu, radikalisasi online, dan konflik nilai yang dapat muncul dalam ruang tersebut.

Dengan memberikan perhatian yang tepat, otoritas keagamaan dapat memainkan peran positif dalam membimbing masyarakat menuju pemahaman keagamaan yang lebih toleran, inklusif, dan sejalan dengan perkembangan zaman.

Firly Annisa
Dosen Program Magister Media dan Komunikasi Pascasarjana UMY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Nobar Lesehan bareng Warga, Sultan Bilang Begini Usai Timnas Kalah di Semifinal Piala Asia U-23

Jogja
| Senin, 29 April 2024, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Lirik Lagu SPOT, Duet Zico dengan Jennie BLACKPINK yang Hebohkan BLINK

Hiburan
| Senin, 29 April 2024, 12:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement