Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Strategi Mengurangi Keluhan di Bulan Ramadan

Anita Aisah
Sabtu, 16 Maret 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
HIKMAH RAMADAN: Strategi Mengurangi Keluhan di Bulan Ramadan Anita Aisah - Dok. Pribadi

Advertisement

Alhamdulillah wa Syukurilah atas izin Allah SWT, usia kita sampai pada Ramadan 1445 Hijriah. Harapan kita adalah bisa melalui Ramadan ini dalam kondisi iman yang lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya.

Situasi yang hadir di bulan Ramadan sangat mendukung kita untuk semangat melakukan ritual-ritual ibadah. Dimulai dari berpuasa yang dilakukan bersama dengan saudara muslim, kesempatan bersilaturahmi saat berbuka bersama dan kondisi masjid yang lebih ramai dari waktu sebelum Ramadan. Sudah sepatutnya kita melakukan ibadah-ibadah di bulan Ramadan dengan gembira. Namun ada beberapa individu yang pada bulan Ramadan ini mendapatkan ujian dari Allah.

Advertisement

Manusia diuji oleh Allah bisa dalam bentuk kondisi yang menyenangkan maupun menyedihkan. Beberapa kondisi yang menyedihkan seperti sakit, masalah di keluarga, ekonomi, serta masalah dalam berhubungan dengan orang lain.  Rasa sedih yang hadir manusia diwujudkan dalam beberapa bentuk salah satunya melalui keluhan. Keluhan, hal manusiawi yang biasanya hadir, menurut teori Kubler Ross merupakan salah satu tahap ketika individu diberikan situasi tidak menyenangkan.

Keluhan merupakan ungkapan-ungkapan yang bernilai negatif atas perasaan yang dirasakan. Bentuk keluhan bisa berupa marah pada diri sendiri, orang lain, lingkungan bahkan ada yang marah pada Allah. Keluhan yang hadir jangan sampai menurunkan semangat kita mencapai mindfullnes dalam beribadah di bulan Ramadan. Perlu adanya strategi sebagai upaya menurunkan keluhan-keluhan yang muncul disaat kita sedang menghadapi Ujian dari Allah SWT.

Hal yang pertama perlu kita pahami adalah masalah hadir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Perilaku rajin akan muncul setelah kita merasakan dampak buruk dari perilaku malas.

Begitu juga rasa tenang karena dekat dengan Allah akan muncul setelah ada dampak negatif dari rasa cemas yang hadir karena khawatir akan masalah-masalah kita. Allah meningkatkan kualitas hidup kita melalui ujianNya. Hal ini sesuai terjemahan surat Al-Baqarah ayat 157 bahwa Allah akan memberikan taufik pada hambaNya yang senantiasa bersabar dalam menghadapi ujian.

Bolehkah Mengeluh

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah mengeluh merupakan perbuatan yang tidak boleh dilakukan? Dalam ilmu Psikologi ada istilah koping, yaitu cara seseorang dalam menghadapi situasi. Mengeluh merupakan bagian dari salah satu jenis koping, yaitu emotion focus coping. Mengeluh merupakan ekspresi sebagai tanda bahwa emosi negatif.

Namun ketika kita meyakini bahwa pilihan terbaik setelah mendapatkan masalah adalah meningkatkan iman kita, maka mengeluhnya bukan pada diri sendiri maupun orang lain tetapi pada Allah SWT. Insyaallah mengeluh kepada Allah akan menjadi jalan kita untuk meraih ketenangan dan petunjuk. Setelah ketenangan dan petunjuk hadir, insyaallah bisa mencapai fase koping berikutnya yaitu problem focus coping.

Hal kedua yang kita lakukan adalah mencoba mencari sesuatu yang perlu kita syukuri. Di dalam surat Ar-Rahman, ketika kita memaknainya ada banyak yang hal membuat kita terus berterima kasih pada Allah atas banyak hal baik yang terjadi.

Misalnya irama napas kita yang masih lancar, kaki yang masih bisa berjalan, mata yang masih bisa melihat, serta telinga yang masih bisa mendengar. Melalui bersyukur harapannya akan mudah bagi kita untuk menemukan hikmah yang hadir dari pada terus berkeluh kesah.

Hal ketiga yang perlu kita lakukan apabila dua hal sebelumnya belum maksimal adalah belajar cara bersyukur orang lain yang juga mendapatkan ujian.

Penulis belajar dari cara bersyukur pasien penderita penyakit kronis pada saat penulis mengisi seminar. Ada pasien gagal ginjal yang mengungkapkan rasa syukurnya karena telah diberi ginjal yang sehat selama lebih dari dua puluh tahun. Dia sangat bersyukur telah menggunakan ginjal tersebut. Cara bersyukur ternyata bukan hanya yang kita miliki saat ini tetapi juga bisa dengan sesuatu yang telah hadir di kehidupan kita. Individu yang diberikan sakit kronis saja masih bersyukur dengan kondisinya, alangkah malunya apabila kita tidak melakukan lebih dari yang orang tersebut lakukan.

Alhamdulillah ala kulli hal, kita perlu berterima kasih pada Allah atas segala keadaan. Semoga Ramadan ini menjadi momentum kita untuk meningkatkan ibadah sehingga karunia Allah senantiasa tercurah pada kita.

 

 

Anita Aisah

Psikolog dan Dosen Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Nobar Lesehan bareng Warga, Sultan Bilang Begini Usai Timnas Kalah di Semifinal Piala Asia U-23

Jogja
| Senin, 29 April 2024, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Lirik Lagu SPOT, Duet Zico dengan Jennie BLACKPINK yang Hebohkan BLINK

Hiburan
| Senin, 29 April 2024, 12:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement