Advertisement

HIKMAH RAMADAN: Berpuasa Ramadan di Era Post Truth

Endro Dwi Hatmanto
Sabtu, 23 Maret 2024 - 06:07 WIB
Bhekti Suryani
HIKMAH RAMADAN: Berpuasa Ramadan di Era Post Truth Endro Dwi Hatmanto - Dok. Pribadi

Advertisement

Pada 2024 ini kita menjalani ibadah puasa di tengah era yang disebut sebagai post truth atau era pasca kebenaran. Banyak sumber atau literatur telah mengulas mengenai apa dan bagaimana perilaku manusia di era post truth. Salah satunya, menurut kamus Oxford, kata post truth dipilih sebagai "Kata Tahun Ini" pada 2016 karena penggunaannya yang meluas oleh masyarakat, terutama terkait dengan pemilihan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Dalam buku Post-Truth (2018) karya Lee McIntyre, konsep post truth didefinisikan sebagai kondisi di mana fakta objektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik dibandingkan dengan upaya menarik emosi dan keyakinan pribadi.

Advertisement

Ini menggambarkan situasi di mana kebenaran menjadi relatif, subjektif, atau bahkan tidak relevan dalam wacana politik dan publik, sering kali didorong oleh disinformasi, propaganda, dan manipulasi informasi. Dengan demikian, era post truth adalah sebuah era di mana hoaks, kebohongan dan kepalsuan terus menerus dibohongi dan diberi tempat melaui media sosial, koran-koran online dan berbagai media informasi berbasis web.

Fenomena post truth ini terkonfirmasi dalam perhelatan nasional pemilihan umum di negara kita. Tidak sedikit oknum politisi yang mengeksploitasi taktik post truth dengan memanipulasi opini publik untuk mencapai agenda-agenda elektoral mereka.

Banyak pula anggota masyarakat yang kemudian terpancing untuk menebarkan hoaks dan berita bohong untuk memojokkan calon pemimpin yang tidak mereka pilih dan tidak mereka sukai.

Dampak Buruk
Akibat buruk dari fenomena post truth bagi bangsa kita adalah: pertama, terjadi perpecahan dan polarisasi atau segregasi sosial dalam masyarakat kita. Tentu perpecahan sosial akan menciptakan ekosistem bangsa yang kontraproduktif untuk membangun kemajuan yang kita cita-citakan. Kedua, fenomena post truth akan menciptakan ketidakpercayaan atau distrust antara komponen masyarakat kita, padahal kepercayaan atau trust adalah modal sosial yang penting bagi masyarakat kita untuk meraih kemajuan.
Secara kebetulan, perhelatan pemilu yang meninggalkan residu perpecahan bangsa diiikuti dengan datangnya bulan suci Ramadan2024.

Pertanyaannya, apakah ibadah puasa pada bulan suci Ramadan dapat menjadi ‘panacea’ atau obat bagi kerusakan sosial yang ditimbulkan oleh fenomena post truth? Tentu bisa.

Rasululllah pernah bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut, kecuali rasa lapar dan haus.” (HR. Ahmad).

Hadis ini menujukkan ada kelompok manusia yang tidak mendapatkan manfaat ataupun pahala kecuali rasa lapar dan haus dari puasanya. Salah satu sebabnya adalah kegemaran kelompok manusia ini dalam membuat dusta dan kebohongan.

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah justru mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari).

Frasa ‘man lam yad'a qaulal-dzur’ yang berarti ‘barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta’ dalam hadis ini mengacu pada perkataan ataupun informasi-informasi yang mengandung kebohongan.

Sedangkan frasa ‘wal-'amala bihi’ yang berarti ‘malah justru mengamalkannya’ mengacu pada perbuatan-perbuatan yang mengandung kebohongan. Jadi jika orang yang berpuasa masih melakukan kedua hal ini, puasa yang dilakukan akan menjadi sia-sia.

Ibadah puasa dengan demikian, tidak hanya menjadi sarana untuk melatih kita menahan kesabaran dalam rasa lapar dan haus, namun juga melatih kita untuk mengekang anasir-anasir nafsu kita untuk berbohong.

Dengan demikian, luaran yang ingin dihasilkan oleh puasa di antaranya adalah insan manusia yang jujur dan memiliki integritas sehingga memiliki kemampuan untuk membangun ‘trust’ atau kepercayaan bagi manusia yang lain. Mari kita tinggalkan kerusakan akibat kedustaan dan kebohongan post truth pascapemilu dan kita sucikan jiwa-jiwa kita menjadi manusia-manusia jujur dan berintegritas moral melalui ibadah puasa Ramadan di 2024.

Endro Dwi Hatmanto
Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UMY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Gerindra Jaring Calon Wali Kota Jogja Lewat Komunikasi Intensif

Jogja
| Sabtu, 27 April 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Kim So Hee Akan Menikah dengan Pengusaha dan Pensiun dari Industri Hiburan

Hiburan
| Jum'at, 26 April 2024, 23:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement